Peneliti Singapura Sebut Perempuan Indonesia Matre

Dari hasil riset yang dilakukan peneliti Singapura, diketahui bahwa perempuan Indonesia itu matre

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 24 Feb 2015, 19:00 WIB
Aktris esek-esek tajir

Liputan6.com, Jakarta - Dari hasil riset yang dilakukan perusaan biro jodoh profesional asal Singapura, Lunch Actually, menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia pantas bila disebut matre atau matrealistis.

Alasannya, ketika riset itu dilakukan, perempuan di Indonesia cenderung menilai sosok pria dari sisi materi. Mereka menyebut kalau kebanyakan perempuan Indonesia memiliki pria dengan karir gemilang dan penghasilan yang mapan. Hasil ini sangatlah berbeda dari perempuan di negara lain yang tertarik kepada pria yang memiliki kepercayaan diri tinggi.

Lunch Actually melakukan penelitian terhadap 1.658 responden dengan komposisi 49,01 persen adalah perempuan dan 50,99 persen adalah pria dari empat negara; Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Indonesia. Di mana 74,08 persen pendidikan para responden adalah sarjana ke atas.

“Riset kami menemukan tiga alasan besar apa yang menjadi daya tarik dari seorang pria atau wanita. Pria akan tertarik pada wanita karena faktor kecantikan sebesar 44,7 %, daya tarik fisik sebesar 36,2 % serta humoris atau baik sebanyak 31,9 %. Tidak ada perbedaan signifikan antara pria di Singapura, Hong Kong dan Malaysia. Sementara wanita Indonesia tertarik pada pria yang memiliki karir dan penghasilan yang mapan di banding wanita di negara lain yang memilih pria karena rasa percaya dirinya,” kata Violet Lim, CEO Lunch Actually seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Health-Liputan6.com pada Senin (23/2/2015)

Violet melanjutkan, para responden itu snagat yakin bahwa setiap orang memiliki pasangan hidupnya masing-masing. Sayang, mereka masih ragu apakah mereka itu bisa menemukan jodohnya atau tidak.

Dilihat dari presenstasenya, perempuan lebih banyak memiliki keraguan (43,90 persen) dibandingkan pria (39,72 persen). Kondisi ini disebabkan karena secara psikologis, perempuan yang ragu tersebut beranggapan bahwa mereka tidak seagresif perempuan lain dalam mengejar jodoh.

"Di samping itu pula, keraguan timbul karena memiliki standart yang tinggi dalam memilih calon suami, dan tidak ada pria yang memenuhi standart itu," kata dia menekankan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya