JK Ungkap Alasan Warga RI Pilih Jadi PRT di Luar Negeri

Sebagian orang menganggap menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT) di luar negeri masih lebih menjanjikan ketimbang sebagai buruh di Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Feb 2015, 14:31 WIB
Jusuf Kalla (Dok. Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang menganggap menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT) di luar negeri masih lebih menjanjikan ketimbang sebagai buruh di Indonesia. Hal itu terjadi karena tingkat kemiskinan di Negara ini cukup tinggi, terutama di sektor pertanian.

"Kenapa Indonesia ini sering malu ke luar negeri karena banyak mengirim TKI, khususnya perempuan untuk PRT. Atau kenapa tingkat kemiskinan kita masih tinggi?," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) saat memberi arahan PTSP di Jakarta, Selasa (24/2/2015).

Lanjut dia, warga miskin di Indonesia menyebar di daerah-daerah sentra pertanian, desa nelayan dan pegunungan. Dia mencontohkan, rata-rata sebuah keluarga hanya mempunyai 3.000 meter persegi lahan pertanian dengan maksimal 2 orang pekerja.

"Kalau jumlah keluarga 5 orang, sisa 3 orang bekerja di luar sektor pertanian, seperti industri, manufaktur, jasa atau malah pergi ke luar negeri jadi TKI," ucap JK.

Dirinya memberi gambaran, bila seorang petani mampu menghasilkan produksi 2,5 ton-3 ton hasil tanaman per hari dengan harga jual Rp 5.000, maka mengantongi pendapatan Rp 15 juta per bulan. Namun jika tidak mencapai produksi sebesar itu, maksimal hanya membawa pulang Rp 6 juta per bulan.

"Itu artinya cuma Rp 1 juta per orang setiap keluarga. Coba kalau bekerja di industri UMR Rp 2 juta per bulan, kalau ada dua orang yang bekerja saja sudah Rp 4 juta per bulan. Makanya karena cuma Rp 1 juta, mereka pergi ke luar negeri," terang JK.  

Atas dasar ini, katanya, Indonesia harus memberantas dan mengurangi kemiskinan lewat industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar serta mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

"Untuk itu, kita perlu investasi baik dari pemerintah sendiri, pihak swasta nasional maupun investor asing. Karena kita menyadari kurang modal, kurang skill tapi kita punya lahan, sumber daya manusia dan sumber daya alam," tegas dia.(Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya