Liputan6.com, Jakarta Pesona pemandangan alam Indonesia memang luar biasa dan tidak ada habisnya memukau para pelancong untuk singgah dan datang kembali lagi. Salah satu keindahan alam Indonesia yang dimaksud tersebut adalah Kawah Ijen, kawah aktif yang terletak di Gunung Ijen.
Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen berada di Gunung Ijen di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Gunung Ijen memiliki ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut.
Advertisement
Keindahan Kawah Ijen yang menakjubkan dan berhasil memikat jutaan wisatawan datang dari api berwarna biru belerang yang dapat disaksikan dengan jelas saat malam hari. Sementara, kemilau hijau toska dari air kawah memancar ketika matahari siang telah tiba seperti yang dilansir dari Indonesia.Travel, Kamis (26/2/2015).
Selain dua hal tersebut, tempat penambangan belerang terbesar di Jawa Timur yang masih menggunakan cara tradisional berada di Kawah Ijen ini pun menjadi daya tarik lainnya yang ditawarkan di tempat ini. Sebab, kawah tersebut merupakan sumber sublimat belerang yang seakan tidak pernah habis dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri kimia dan penjernih gula.
Namun siapa yang menyangka, di balik pesona Kawah Ijen ternyata terdapat kisah nyata dari para penambang belerang yang menarik untuk diikuti. Terkadang agar tetap dapat menghidupi keluarganya, para penambang pun harus mempertaruhkan nyawa-nya, seperti yang dilansir dari Boredpanda.
Para penambang harus melewati jalur licin dan asap belerang yang cenderung padat setiap harinya. Terlebih lagi, saat mereka harus membawa bongkahan dengan beban amat berat melewati jalanan tersebut untuk mencapai dataran dan menjual bongkahan pada penjual. Bongkahan seberat 65 kilogram dihargai sekitar Rp 780 Ribu.
Mereka menutupi hidung dan mata hanya dengan menggunakan kain lembab ketika terdapat serangan asap belerang. Mereka juga cukup rajin meminum susu dan banyak air setiap harinya guna menjaga kesehatan tubuh.
Meski pekerjaan yang mereka lakukan berat dan memiliki dampak jangka panjang bagi kesehatan, terutama sistem pernapasan, mereka tetap tersenyum. Pantas bukan apabila mereka disebut sebagai pahlawan?