Liputan6.com, Jakarta - Saat yang kelabu, 25 Februari 1336. Pada hari itu, terjadi salah satu insiden bunuh diri paling mengerikan dan masif dalam sejarah manusia.
Kisah tragis itu terjadi di Kastil Pilenai, di perbukitan yang kini menjadi bagian dari Lithuania. Kala itu, perang berkecamuk. Puri dikepung pasukan Ksatria Teutonik (Teutonic Knights).
Segala upaya telah dilakukan untuk bertahan dan melawan. Oleh pasukan yang dipimpin Duke Margiris. Namun, pada hari itu, harapan untuk menang pupus. Warga Pilenai dan sekitarnya menyadari, upaya mereka akan gagal menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.
Keputusan nekat lagi putus asa pun akhirnya dikeluarkan: bunuh diri massal. Tak hanya nyawa yang binasa, perintah untuk membakar kastil dan apapun harta berharga yang dimiliki, agar tak jatuh ke tangan musuh.
Warga Pilenai memilih mati daripada ditundukkan dan dijadikan budak oleh Ordo Teutonik.
Maka di waktu yang telah ditentukan, mula-mula, warga membakar harta benda mereka, membakar semua dinding dan ruangan kastil. Lalu, pria, perempuan, dan anak-anak saling mengucap selamat tinggal selagi sempat, kemudian menghabisi hidup mereka sendiri. Konon, api dinyalakan ke tubuh yang telah disiram minyak. Apapun caranya, sebanyak 4.000 nyawa melayang kala itu.
Seperti Liputan6.com kutip dari situs Hawaii Book Library, lokasi persis Pilenai belum diketahui persis. Sejarawan Lithuania, Zenonas Ivinskis mengidentifikasi lokasinya berada di reruntuhan benteng di perbukitan Pypliai, di mana Sungai Nevezis mengalir ke Sungai Nemunas.
Sementara, warga Puni yakin lokasinya berada di Bukit Margiris. Lain lagi dengan sejarawan Jerman, Johannes Voigt yang menunjuk ke Distrik Silale. Ada banyak spekulkasi dan hipotesis, namun kepastian tak kunjung didapat.
Seperti dikutip dari situs Medieval Lithuania, pada Abad ke-19 dan Abad ke-20, kisah bertahan dan pengorbanan orang-orang Pilenai mendapatkan perhatian dari para sejarawan dan penulis. Menjadi tema dari sejumlah karya seni dan riset.
Seperti kutipan terjemahan dialog Aria of Margiris dari Opera 'Pilenai' karya Vytautas Klova (1955) berikut ini:
Kami membela Lithuania
Dari musuh yang jahat!
Membela kebebasan dan kebahagiaan
Demi masa depan!...
Kematian adalah yang lebih baik!
Tragedi lain juga terjadi pada 25 Februari 1992. Setidaknya 161 penduduk etnis Azerbaijan tewas. Sejarah mencatat momentum itu sebagai Tragedi Khojaly atau Pembantaian Khojaly.
Menurut Azerbaijan, Human Rights Watch dan pengamat internasional lainnya, pembantaian diduga dilakukan oleh angkatan bersenjata Armenia dengan bantuan Regimen Rusia ke-366
Meski 23 tahun berlalu, luka di hati warga Azerbaijan belum sembuh. Masih ada utang yang belum dituntaskan pada mereka yang terbunuh, juga keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih: keadilan atas kematian para korban. (Baca selengkapnya: Tragedi Khojaly, Pembantaian yang Terlupakan)
Pada tanggal yang sama tahun 1791, Presiden George Washington menandatangani UU pembentukan Bank of the United States. Sementara pada 1815, Napoleon Bonaparte -- Sang Kaisar Prancis -- meninggalkan lokasi pengasingannya di Pulau Elba, kembali ke Prancis. (Ein/Riz)
Advertisement