Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana untuk menyatukan sistem teknologi informasi perbankan yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan penyatuan tersebut diharapkan biaya operasional perbankan bisa berkurang dan dampaknya kepada penurunan bunga pinjaman.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno bercerita, industri perbankan di Indonesia sangat terkenal dengan bunga kredit yang cukup tinggi. Selama ini, salah satu penyebab tingginya bunga kredit tersebut adalah biaya operasional yang juga tinggi. Saat ini, Kementerian BUMN sedang mencoba berbagai cara untuk menurunkan biaya operasional yang tinggi tersebut, setidaknya bagi perbankan pelat merah.
Salah satu cara yang dipikirkan oleh kementerian BUMN untuk menurunkan biaya operasional adalah menyatukan pusat pelayanan teknologi terkait Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
"Kenapa bank-bank BUMN harus berinvestasi untuk ATM sendiri-sendiri, kenapa tidak bersama-sama, sehingga itu menurunkan cost, jadi dengan demikian, beliau (Presiden Jokowi) mengharapkan kalau cost itu turun, otomatis bunga pinjaman itu bisa turun," papar Rini di Gudang Bulog, Jakarta, rabu (25/2/2015).
Selain menurunkan biaya operasional, dengan penyatuan sistem teknologi informasi ATM tersebut akan membuat pendanaan perbankan akan lebih efisien.
Digambarkannya jika hal itu terlaksana nantinya seluruh mesin ATM yang dimiliki oleh perbankan BUMN akan menjadi mesin ATM yang bisa digunakan oleh seluruh nasabah perbankan BUMN manapun. "Mungkin salah satu contohnya seperti ATM Bersama," tegas Rini.
Hanya saja tahapan tersebut masih dalam tahapan wacana dan masih dikaji oleh pemerintah dimana tujuan utamanya untuk menurunkan suku bunga pinjaman.
Sebagai gambaran awal, demi melakukan efisiensi biaya tersebut Rini berencana menjadikan BRI sebagai pusat teknologi informasi dalam ATM tersebut.
"Jadi apakah nanti kemungkinan BRI, dia kan sudah punya satelitnya, jadi semua bisa memanfaatkan punya BRI itu, lagian mungkin karena BRI di mana-mana juga ada," pungkas Rini.
Bank Indonesia beberapa waktu lalu dalam Rapat Dewan Dewan Gubernur telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,5 persen.
Bank Indonesia berharap, dengan penurunan BI Rate tersebut bisa diikuti dengan penurunan bunga kredit perbankan sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi (Yas/Gdn)
Energi & Tambang