Liputan6.com, Luxor - Luxor, di masa lalu ia bernama Thebes, ibukota Kerajan Baru Mesir (New Kingdom) antara Abad ke-16 SM hingga Abad ke-11 SM. Kota kemenangan bagi Dewa Amon-Ra.
Memiliki luas 416 kilometer persegi, Luxor kini dijuluki 'museum terbuka paling besar di dunia'. Ada banyak peninggalan kuno: kuil, monumen, juga piramida-piramida makam para penguasa di Lembah Para Firaun (Valley of the Kings) dan Lembah Para Ratu (Valley of the Queens). Ribuan turis dari segala penjuru dunia datang tiap tahun, untuk merasakan sensasi menyatu dengan masa lalu.
Salah satu wisata paling digemari adalah naik balon udara, menikmati pemandangan menakjubkan yang kontras dari atas -- padang pasir berwarna kecoklatan, hijaunya lahan pertanian, berdampingan dengan pesatnya pembangunan kota modern.
Seperti pagi itu, Selasa 26 Febuari 2013. Langit masih gelap, dengan semburat warna merah bata. Dari ketinggian balon udara, para wisatawan menyaksikan bangunan-bangunan yang dibuat dari bata, juga ladang-ladang. Sementara, Lembah Para Firaun terlihat dari kejauhan.
Michel mengatakan, dini hari itu, langit masih gelap. Pada 45 menit pertama semua berjalan lancar. Dari balon udara, ia menyaksikan bangunan-bangunan yang dibuat dari bata, juga ladang-ladang. Dengan latar belakang Lembah Para Firaun dengan bangunan-bangunan kuno yang menyembul di padang pasir.
Pada 45 menit pertama, semua berjalan lancar. Hingga tiba-tiba suara ledakan memecah ketenangan pagi itu. Diikuti asap hitam yang membumbung.
Advertisement
"Awalnya kupikir asalnya dari tebu yang terbakar," kata Christopher Michel, seorang fotografer yang saat itu berada di balon lain, seperti Liputan6.com kutip dari CNN.
Namun, kepanikan pilot balon itu, dan sirine darurat yang meraung-raung menjadi penegasan, ada hal yang tak beres. Benar saja, suara ledakan ledakan berasal dari salah satu balon udara panas. Wahana terbang -- yang ditemukan Montgolfier bersaudara itu -- jatuh bersama 21 penumpangnya dari ketinggian 300 meter ke hamparan ladang tebu.
Selasa sorenya, jumlah yang tewas dipastikan berjumlah 19 orang. Itu merupakan tragedi balon udara panas paling mematikan di dunia, setidaknya dalam 20 tahun terakhir.
Di antara penumpang balon nahas itu adalah 19 turis: 9 dari hong Kong, 4 dari Jepang, 3 dari Inggris, 2 asal Prancis, dan 1 warga Hungaria. Dua warga Mesir -- salah satunya pilot balon udara -- juga ada di dalamnya.
Dari 21 orang tersebut hanya 2 orang yang selamat, meski cedera parah: seorang warga Inggris dan sang pilot.
Pasca-kecelakaan, Gubernur Luxor, Izzat Saad melarang balon udara terbang untuk sementara, hingga penyebab musibah itu dipastikan.
Kecelakaan balon udara bukan kali ini terjadi. Pada 2009, 16 turis asing terluka saat sebuah balon menabrak menara telekomunikasi. Sementara, kecelakaan paling mematikan yang diketahui terjadi adalah pada tahun 1989, saat 13 orang tewas ketika 2 balon udara bertabrakan di Australia.
Selain kecelakaan mematikan di Luxor, tanggal 26 Februari juga diwarnai sejumlah peristiwa penting dalam sejarah.
Pada tahun 1993, terjadi pemboman di World Trade Center, New York. Sebuah bom dalam van yang diparkir di bawah gedung North Tower dari World Trade Center meledak, menewaskan 6 orang dan mencederai ribuan lainnya.
Sementara, pada 2001, pihak Taliban menghancurkan warisan budaya masa lalu, dua patung Buddha raksasa di Bamiyan, Afganistan.
Mundur ke belakang, pada 1952, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill mengumumkan bahwa negaranya mempunyai bom atom. Dan pada 26 Februari 1815, Napoleon Bonaparte melarikan diri dari pulau pengasingannya di Elba. (Ein/Riz)