Soal Beras, Pemerintah Diminta Stop Kambing Hitamkan Mafia

Kadin Indonesia memandang kenaikan harga beras lebih disebabkan masalah permintaan dan penawaran yang tidak klop.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Feb 2015, 09:31 WIB
Presiden Joko Widodo (ketiga dari kanan) berbincang dengan beberapa menteri Kabinet Kerja saat meninjau Gudang Beras Bulog, Jakarta, Rabu (25/2/2015). Presiden Jokowi memerintahkan Bulog menggelontorkan semua stok beras. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diminta untuk tidak terus menerus mengkambinghitamkan mafia atau melakukan politisasi terkait lonjakan harga beras yang terjadi dalam dua pekan terakhir.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto mengatakan, kenaikan harga tersebut disebabkan oleh rendah pasokan sehingga tidak mampu mengimbangi permintaan masyarakat. Hal semacam ini bukan hanya terjadi pada beras, tetapi juga komoditas pangan lain.

"Ini apapun, bukan hanya beras, kalau terjadi kenaikan harga, itu masalahnya soal supply dan demand yang tidak klop, permintaan tinggi pasokan kurang dan tidak lancar, intinya di situ. Kita tidak mau berpikir bahwa mafia atau masalah politis," ujarnya di Hotel Shangri La, Jakarta, Rabu (25/2/2015) malam.

Oleh sebab itu, Suryo meminta pemerintah untuk berhenti menyalahkan pihak tertentu. Menurutnya akan lebih baik jika pemerintah segera mengambil tindakan untuk meredam kenaikan ini.

"Ini bagaimana pemerintah bisa menjamin bahwa harga beras stabil," lanjutnya.

Dia mengungkapkan, melihat kenaikan harga seperti saat ini, sudah saatnya peran Perum Bulog dikembalikan seperti dulu. Dengan demikian, Bulog akan lebih responsif mengatasi kenaikan harga beras.

"Bulog harus difungsinkan secara efektif sebagai penyangga stok. Dulu kan seperti itu, kalau harganya naik, beras itu disebar. Bulog harus punya stok yang cukup, itu diefektifkan lagi," tandasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta kepada perum Bulog untuk segera menyalurkan beras sekitar 300 ribu ton untuk menanggulangi kenaikan harga beras yang terjadi beberapa minggu ini.

"Raskin kami inginkan agar pekan ini semua bisa diselesaikan untuk Januari dan Februari. Raskin disalurkan sekitar 300 ribu ton per bulan. Kami ingin menjaga agar nantinya tidak ada over supply pada saat panen. Oleh sebab itu sekarang kami keluarkan," ujar Jokowi, Rabu (25/2/2015).

Ia menegaskan, saat ini posisi cadangan beras juga cukup aman di kisaran 1,4 juta ton. Angka cadangan beras itu dinilai cukup bila dibutuhkan untuk operasi pasar. "Berapa pun dibutuhkan pasar akan kami berikan. Karena sebentar lagi ada panen, itu jadi pasokan baru," kata Jokowi.

Ia mengatakan, perum Bulog akan menyerahkan sekitar 2.000 ton per hari. Operasi pasar tersebut juga akan dilakukan di pasar Cipinang.  Jokowi mengharapkan, dengan operasi pasar maka harga beras kembali di posisi normal. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya