Liputan6.com, Jakarta Nama sutradara Rahabi Mandra memang terkesan asing di telinga kita. Maklum saja, karya-karyanya memang belum terdengar nyaring hingga akhirnya muncullah film 2014 sebagai debut perdananya. Filmnya sendiri sudah tayang mulai Kamis ini (26/2/2015) dan memiliki sebuah tagline Siapa di Atas Presiden, menyiratkan banyaknya unsur politik di dalamnya.
Mengarungi debutnya di layar lebar, Rahabi Mandra pun langsung bekerjasama dengan sineas kenamaan Hanung Bramantyo di bangku sutradara. Rizky Nazar, Ray Sahetapy, Maudy Ayunda, Atiqah Hasiholan, hingga Rio Dewanto adalah nama-nama bintang yang terlibat di dalamnya.
Advertisement
Tema politik tersebut langsung diangkatnya berdasarkan skenario hasil tulisan sendiri. "Rahabi itu menulis skenarionya sendiri dan bangku sutradara paling banyak diduduki sama dia, sementara Hanung Bramantyo lebih seperti pengawas," terang Celerina Judisari selaku produser film sambil mewakili Rahabi dan tim 2014 saat diwawancarai Liputan6.com di SCTV Tower belum lama ini.
Celerina Judisari sendiri berbagi cerita mengenai mundurnya jadwal film berkali-kali. Salah satunya adalah menghindari penayangan di dekat waktu Pemilu demi menghindari tuduhan maupun politisasi terhadap film 2014.
"Jadi awalnya kami mau menayangkannya sekitar pertengahan 2014, tapi tiba-tiba saja waktu Pemilu kemarin ada salah satu capres yang menggunakan kalimat di dalam film kami. Takut ada tuduhan terhadap film ini sebagai pesanan pihak tertentu dan semacamnya, akhirnya kami undur jadi akhir 2014," cerita Celerina.
Dilanjutkannya, "Sayangnya waktu kami mendaftarkan filmnya di bioskop, ternyata slotnya sudah penuh hingga awal 2015. Akhirnya film kami pun baru bisa tayang 26 Februari 2015."
Selain itu Celerina juga mengaku banyak adegan di film 2014 yang mirip dengan isu politik pada tahun 2014 hingga saat ini. Padahal, Filmnya dirampungkan sejak akhir 2013 lalu. Banyak yang menilai adegan laga dan drama di dalam film ini pas dengan bumbu politik yang ditawarkan.
'2014 Siapa di Atas Presiden' berkisah mengenai seorang pria remaja apatis politik bernama Ricky Bagaskoro yang memiliki ayah calon presiden Indonesia bernama Bagas Notolegowo. Ricky yang tidak setuju dengan keputusan sang ayah pun malah terlibat ke dalam jurang politik setelah sang ayah diseret ke dalam kasus kriminal.