Liputan6.com, Jakarta Ketika Indonesia Fashion Week mengumumkan goal menjadikan Indonesia sebagai Pusat Fesyen Muslim Dunia, Kudus mungkin tak serta merta muncul sebagai satu nama wilayah potensial di benak beberapa pemerhati fesyen. Terletak di sebelah timur-utara provinsi Jawa Tengah, kabupaten ini nyatanya punya posisi sendiri dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Ini jelas modal yang turut andil dalam menjadikannya satu wilayah penting untuk membuat Indonesia sebagai kiblat fesyen Muslim dunia.
Bagaimana wilayah yang namanya berasal dari kosakata Arab ini memainkan peranan dalam perkembangan Islam di Indonesia bisa dilihat salah satunya pada keberadaan Masjid Menara Kudus yang dibangun oleh anggota Wali Songo, Sunan Kudus. Masjid dengan menara serupa candi itu adalah jejak perubahan topografi religi di sana dari Hindu dan Budha menjadi Islam. Gambar masjid inilah yang terpampang sebagai display dari sequence puncak pagelaran busana rancangan murid-murid SMK Nahdlatul Ulama Banat, Kudus, di hari ke-2 Indonesia Fashion Week 2015.
Advertisement
Jumat malam 27 Februari 2015 di Jakarta Convention Center, latar belakang panorama Masjid Menara Kudus kala purnama di stage 1 Indonesia Fashion Week semakin mengintensifikasi spiritual abience yang powerful dari busana-busana Muslim warna hitam yang dibawakan oleh para model ternama, seperti Dominque Diyose dan Laura Muljadi. Referensi Arabian culture pada rancangan-rancangan yang bervolume hasil dari penggunaan teknik layering ini jelas terasa. Sentuhan warna-warna lain yang kontras seperti putih, kuning, silver, dan motif batik hadir secara tepat sehingga membuat total looks menjadi lebih artistik dan atraktif.
Di tangan para siswa SMK Nahdlatul Ulama Banat Kudus, dengan bimbingan desainer busana Muslim Irna Mutiara dan dukungan Djarum Foundation, totalitas pengejawantahan syariah terkemas dalam mode-mode busana yang punya fashion statment kuat, estetik, gracious, premium tanpa mencolok, serta bernafas spiritual, sesuatu yang juga divine dan mysterious pada saat bersamaan. Ini pembuktian tentang bagaimana fesyen dan prinsip hijab syar’i dapat bertemu pada satu titik spektakuler – satu hal yang mungkin dipertanyakan sebelumnya oleh beberapa kalangan.
Bertajuk `Miracle of The Sun`, klimaks busana-busana Muslim warna hitam itu didahului oleh sequence rancangan dengan pakaian-pakaian yang lebih soft. Rujukan pada warna matahari sebelum malam menyelimutinya tampil pada busana-busana berlapis yang sebagiannya menyertakan apron. Perbedaan ukuran dari tiap lapisan-lapisan itu memberi efek dimensional yang menarik. Hal ini menjadi semakin chic dengan penggunaan motif-motif mikro atau garis-garis pada lapisan kain yang digunakan.
Elemen-elemen yang membawa sapuan nuansa moderen dalam rancangan-rancangan di koleksi ini dapat ditemui pada desain-desain outerwear bergaya urban, seperti dapat dilihat pada oversized coat abu-abu tua yang bagian dadanya terkait sebagai simpul dan bagian lenggan panjangnya menyatu dengan sisi badan busana itu. Karya ini hadir pada sequence awal pagelaran busana dari brand Zelmira kreasi SMK Nahdlatul Ulama Banat Kudus. Di bagian ini, mata teduh dengan busana-busana Muslim yang amat bersahaja dengan pilihan warna-warna lembut dan netral seperti putih dan krem. Variasi warna dan motifnya berada pada tone yang senada. Satu yang juga penting disebut, busana-busana siluet `A` yang cukup flowy inipun modis. Koleksi ini secara umum tak dapat dikategorikan simple atau minimalis akan tetapi aksen-aksen yang dihadirkan pun tak menimbulkan kesan berlebihan.
Demikianlah para tamu pagelaran busana ini disuguhkan karya-karya SMK Nahdlatul Ulama Banat Kudus sejak pukul 20.00. Apresiasi besar patut diberikan kepada Irna Mutiara yang telah membimbing siswa-siswa itu dalam mendesain. Sesuatu yang diharapkan bisa semakin banyak dipraktikkan oleh desainer-desainer lainnya. Pun apresiasi perlu diberikan kepada pendukung peningkatan fasilitas kegiatan belajar sekolah itu sehingga para siswa dapat menggunakan software Optitex Fashion CAD dalam sebuah studio desain.
Apa yang sudah ditampilkan SMK Nahdlatul Ulama Banat Kudus di Indonesia Fashion Week 2015 ini menjadi satu penambah keyakinan positif bahwa Indonesia memang punya potensi besar untuk menjadi kiblat fesyen Muslim Dunia. Sesuatu yang tentunya butuh untuk digarap lebih lanjut secara serius oleh para fashion stakeholder di Indonesia agar kreativitas-kreativitas seperti itu tak sia-sia selepas ajang fesyen seperti ini berakhir.
(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)