Liputan6.com, Sierra Leone - Wakil Presiden Sierra Leone memutuskan untuk dikarantina, setelah salah satu pengawalnya meninggal akibat terinfeksi Ebola. Langkah tersebut dilakukan demi mencegah tertularnya virus tersebut ke banyak orang, sekaligus mengetahui apakah ia benar-benar terjangkit atau tidak.
"Aku akan tetap berada di luar kontak dengan orang lain selama 21 hari (sejak hari Sabtu 28 Maret waktu setempat), sebagai tindakan pencegahan," kata Samuel Sam-Sumana seperti dikutip dari BBC, Minggu (1/3/2015).
Sam-Sumana menuturkan, ia memilih dikarantina sebagai contoh bagi yang lain setelah kematian pengawalnya, John Koroma pada pekan lalu.
"Kondisiku sangat baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi aku hanya tak ingin mengambil risiko (tertular)," ucap Sam-Sumana.
Selain dirinya, kini para stafnya juga tengah diperiksa terkait infeksi virus mematikan itu.
Wakil Presiden Sierra Leone Samuel Sam-Sumana adalah tokoh senior pemerintah pertama di negara bagian Afrika Barat, yang mau melakukan karantina sukarela setelah orang terdekatnya meninggal akibat terinfeksi Ebola.
Sebelumnya pada akhir tahun lalu, memang sudah dinyatakan terjadi penurunan infeksi virus Ebola di Sierra Leone. Namun telah terjadi kenaikan baru-baru ini. Hampir 10.000 orang telah tewas dalam wabah tersebut. Sebagian besar di Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
Advertisement
Pembatasan Kontak dengan orang Lain
Para pejabat di Sierra Leone, Guinea dan Liberia telah berjanji untuk memberantas infeksi Ebola dalam dua bulan ke depan.
Sementara pihak berwenang di Sierra Leone telah memberlakukan beberapa pembatasan dalam negeri, setelah kasus Ebola kembali marak di wilayah tersebut.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 99 kasus yang tercatat di wilayah pada mulai 16 Februari, 63 di antaranya berada di Sierra Leone.
Pemerintah di ibukota Freetown menyatakan keprihatin atas kasus baru itu.
"Banyak dari mereka yang terinfeksi terhubung dengan kegiatan maritim, pemeriksaan pada feri dan kapal lainnya pun meningkat sebagai respons atas maraknya kasus itu," demikian dinyatakan pemerintah Freetown.
Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma juga telah memerintahkan operator angkutan umum untuk mengurangi kapasitas sebesar 25%, guna membatasi kontak fisik antara penumpang.
Lebih dari 23.500 kasus telah dilaporkan di Sierra Leone, Liberia dan Guinea sejak wabah terburuk di dunia itu terjadi pada Desember 2013. (Tnt)