Liputan6.com, Beijing - Nenek Han Qiaoni yang berusia 102 tahun ini salah satu dari sedikit perempuan China yang memiliki kaki diikat sedemikian rupa, hingga bentuknya kecil dan mirip bunga 'lotus'.
Nenek asal Desa Yuxian di sebelah utara Shanxi itu punya kaki yang rusak akibat diikat, sejak ia berusia 2 tahun.
Nenek Han menceritakan, ibunya menggunakan kain panjang untuk membebat kaki mungilnya, kecuali jempol, sehingga telapak kakinya menekuk dan menempel dengan telapak kaki. Butuh waktu 6 bulan agar ia bisa berjalan normal dan terbiasa dengan rasa sakitnya.
Jutaan perempuan China diikat kakinya agar menjadi "bunga teratai emas 3 inci" atau 'San Cun Jin Lian'.
Dulu, memiliki kaki yang kecil dianggap simbol kecantikan, juga status. Kadang itu jadi satu-satunya modal bagi seorang perempuan untuk menikah dengan pria kaya.
Metode Footbinding bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan kaki sehingga tidak akan tumbuh lebih dari 3-4 inci.
Sebuah kaki dengan ukuran sempurna tiga inci disebut 'lotus emas' sementara empat inci dianggap perak. Makin kecil kaki, makin dianggap cantik, dan jadi simbol kebanggaan suami dan keluarga.
Advertisement
Praktik menyiksa ini kali pertama dilarang pada 1912, namun sejumlah keluarga mengikat kaki anak-anaknya secara rahasia.
Kaki dibebat saat anak-anak, sejak usia 2 tahun, karena kaki mungil mereka mudah dibengkokkan dan dibentuk. Ritual tersebut dimulai dengan memotong kuku, merendam kaki dalam air hangat -- campuran darah binatang dan herbal -- untuk melunakkan jaringan dan tulang.
Setelah dipijat dan disiram dengan tawas, semua jari kecuali jempol, dilipat paksa dan dibengkokkan ke telapak bagian bawah. Dibebat dengan kain sutra atau katun.
Kain pengikat akan diganti tiap 2 hari, untuk dicuci agar mencegah infeksi. Lalu setelah kering cepat-cepat dibebatkan lagi jauh lebih erat dari sebelumnya. Para gadis yang kakinya diikat dipaksa jalan menempuk jarak lumayan jauh, supaya berat tubuh mereka meremukkan kaki hingga ke bentuk yang diinginkan. (Tnt)