Sofyan Djalil: Harga Solar Seharusnya juga Naik

Jika berpatokan pada harga internasional, seharusnya bukan hanya premium yang mengalami kenaikan.

oleh Septian Deny diperbarui 02 Mar 2015, 15:35 WIB
Ilustrasi Solar naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengungkapkan bahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ini merupakan konsekuensi dari mulai pulihnya harga minyak internasional sejak anjlok beberapa waktu lalu.

"Ya harga internasional memang naik, kan harga keekonomian," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (2/3/2015).

Sofjan bahkan menyatakan jika berpatokan pada harga internasional, seharusnya bukan hanya premium yang mengalami kenaikan, tetapi BBM jenis solar juga ikut naik. "Harusnya solar juga naik, tetapi kemudian pertimbangannya solar tetap," tandasnya.

Seperti diketahui, per 1 Maret 2015 harga BBM jenis premium mengalami kenaikan. Untuk wilayah Jawa dan Bali dari Rp 6.700 per liter menjadi Rp 6.900 per liter. Sedangkan luar Jawa-Bali naik dari Rp 6.600 menjadi Rp 6.800 per liter. Kenaikan ini mulai berlaku per 1 Maret 2015 pukul 00.00 WIB.

Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Saleh Abdurrahman mengatakan, keputusan pemerintah untuk menaikan harga Premium tersebut diambil atas beberapa pertimbangan.

Salah satu pertimbangan tersebut adalah rata-rata harga indeks minyak di Singapura atau Mean of Platts Singapore (MOPS) yang selama ini menjadi patokan bagi RI untuk menentukan harga BBM.

Saleh menjelaskan, harga patokan untuk solar (MOPS Gasoil) sepanjang Pebruari mengalami kenaikan menjadi di kisaran US$ 62 per barel hingga US$ 74 per barel. "Sementara MOPS Premium mengalami kenaikan menjadi di kisaran US$ 55 per barel hingga US$ 70 per barel," kata Saleh, di Jakarta.

Kenaikan MOPS sepanjang Februari sebenarnya cukup signifikan. Namun, Pemerintah tidak menaikkan harga solar dan hanya menaikkan harga jual eceran bensin Premium RON 88 di wilayah penugasan Luar Jawa-Madura-Bali sebesar Rp. 200 per liter untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mempertimbangkan selisih harga sepanjang bulan Februari.

Ia pun mengungkapkan alasan pemerintah tak mengubah harga solar, untuk menjaga kestabilan sosial ekonomi pengelolaan harga dan logistik sepanjang perbedaan harga masih belum signifikan.

"Harga minyak dunia masih mengalami fluktuasi, ketidakstabilan harga terkait pertentangan pelaku pasar minyak dalam menyikapi konflik di Libya dan masih tingginya produksi shale oil di Amerika serta kondisi masih lesunya perekonomian global," terangnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya