Liputan6.com, New York - Juni tampak sebagai waktu yang cukup panas bagi para pelaku pasar keuangan di seluruh dunia. Pasalnya, pada bulan tersebut, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) di bawah pimpinan Janet Yellen diperkirakan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006.
Mengutip laman Bloomberg, Selasa (3/3/2015), sebelum pertemuan para pembuat kebijakan bank sentral tersebut membuat kebijakan, The Fed New York selalu menggelar survei pada para pelaku pasar di Wall Street. Hasilnya para pelaku pasar di New York, yakin, Juni adalah waktu di mana The Fed akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya.
Advertisement
Ini merupakan langkah besar bagi seluruh pasar keuangan di dunia. Itu lantaran The Fed telah menahan tingkat suku bunganya di dekat nol sejak Desember 2008 saat resesi melanda.
Prediksi bulan Juni tampak aman mengingat, ekonomi AS tengah didominasi data-data positif. Faktanya, lima dari enam indikator kenaikkan suku bunga AS diprediksi akan membaik pada Juni.
Pada Januari, tingkat inflasi AS sebenarnya telah cukup dekat dengan target The Fed. "Ditambah dengan data tenaga kerja yang naik," ujar Chief Economist JPMorgan Chase, Michael Feroli.
Pertumbuhan ekonomi AS juga menjadi salah satu pemicu kenaikkan suku bunga AS. Rata-rata pendapatan AS akan meningkat sekitar 2,4 persen saat The Fed mengeksekusi langkah tersebut.
The New York Fed's survey also asks about inflation between one and two years after the start of the rate increases. This is a key question, as Fed Chair Janet Yellen says policy makers have to be confident that prices are moving out of their low-flation slump of late in order to make a move on rates.
The Fed New York juga menanyakan inflasi antara satu hingga dua tahun setelah suku bunga naik. Ini pertanyaan kunci mengingat Yellen mengatakan, para pembuat kebijakan harus percaya diri bahwa tingkat inflasi harus tetap rendah guna meningkatkan suku bunga lagi. (Sis/Nrm)