Liputan6.com, Baghdad - Museum nasional Irak telah resmi dibuka kembali di Baghdad, setelah 12 tahun ditutup pascainvasi AS. Banyak barang antik yang dijarah selama peperangan kini telah ditemukan dan dikembalikan ke tempatnya.
Pembukaan museum dilakukan dalam rangka merespons tayangan video kelompok ISIS menghancurkan patung di Mosul. Wakil menteri urusan pariwisata dan purbakala Irak, Hussein Rashid Qais membenarkan tindakan militan tersebut yang mendorong mereka untuk membuka museum.
"Kejadian di Mosul membuat kami mempercepat pekerjaan kami dan ingin membukanya hari ini sebagai respons terhadap apa yang telah geng Daesh lakukan," kata Qais menggunakan singkatan bahasa Arab ISIS seperti dikutip dari BBC, Selasa (3/3/2015).
Pihak museum Irak memperkirakan ada sekitar 15.000 benda seni yang telah dijarah dalam konflik yang berakhir dengan jatuhnya Saddam Hussein. Hampir sepertiga benda seni itu telah ditemukan.
Koleksi itu mencakup 7.000 tahun sejarah, dari masa Mesopotamia -- sebutan negara Irak di masa lampau -- yang dianggap sebagai salah satu tempat lahirnya peradaban.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi bersumpah untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab atas pengrusakan museum itu.
"Orang-orang itu biadab, teroris, kriminal itu mencoba untuk menghancurkan warisan umat manusia dan peradaban Irak," ucap Abadi saat menghadiri pembukaan museum.
"Kami akan mengejar mereka untuk membayar setiap tetes darah yang tertumpah di Irak dan penghancuran peradaban Irak," jelas dia.
Badan PBB untuk kebudayaan, Unesco menyerukan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan PBB untuk membahas bagaimana melindungi warisan budaya Irak.
Tindak kekerasan di Irak sudah lumrah. Kekerasan terus berlanjut di sejumlah sejumlah wilayah dan kota-kota sekitar Baghdad, setidaknya 25 orang tewas dalam dua serangan terpisah di utara ibukota pada hari Sabtu 28 Februari. (Tnt/Mut)
Advertisement