Asal Mula Terciptanya 'Pulau Kucing' di Jepang

Jumlah kucing liar di pulau ini disebutkan telah melebihi populasi manusia, dengan rasio 6:1.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Mar 2015, 09:04 WIB
Kerumunan kucing yang mengerubungi perawat desa dan pejabat kota, Atsuko Ogata. Ia membawa kantong penuh makanan kucing untuk dibawa ke tempat pakan kucing di Pulau Aoshima. (Reuters, Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Wisatawan berbondong-bondong mengunjungi sebuah pulau terpencil di selatan Jepang, tempat di mana jumlah kucing liar telah melebihi populasi manusia, dengan rasio 6:1.

Warga pertama kali bermigrasi ke pulau 'Aoshima' yang seluas 1,6 kilometer ini sejak 380 tahun lalu, dan mendirikan sebuah desa nelayan, membawa kucing untuk mengatasi tikus yang menyerang perahu nelayan.

Pulau ini, yang bisa dicapai dengan menaiki feri selama 30 menit dari lepas pantai Kota Ehime, telah menjadi rumah bagi 900 orang pada tahun 1945. Sekarang, lebih dari 120 kucing mengerubuti pulau ini dengan jumlah manusia kurang dari 20 orang, semuanya pensiunan berusia antara 50 dan 80 tahun.

Menurut sebuah harian di Jepang, penduduk pulau ini mengatakan, jumlah kucing mulai bertambah tajam sejak satu dekade lalu. "Di saat populasi manusia menurun, perkembangbiakan kucing tak terkontrol," kata penduduk setempat seperti dikutip dari ABC News.

Kini, kapal turis dari daratan selalu datang setiap hari ke Pulau Aoshima, mengunjungi pulau yang disebut masyarakat lokal sebagai 'Pulau Kucing'.

Kucing-kucing di Aoshima tak terlalu pilih-pilih, bisa makan dengan nasi, wafer atau kentang yang mereka dapatkan dari para wisatawan.

"Ada banyak kucing di sini, kemudian ada semacam induk semang kucing yang keluar untuk memberi makan kucing-kucing, itu cukup menyenangkan," kata Makiko Yamasaki yang berusia 27 tahun.

"Saya ingin datang lagi," sebutnya.

Daya tarik kucing tak mengherankan bagi negara yang terkenal akan ikon dunia 'Hello Kitty' ini, dan kafe kucing yang telah lama populer di Tokyo, mengakomodasi penyuka kucing yang tak bisa menjaga hewan di rumah karena peraturan ketat perumahan, yang sering melarang adanya hewan peliharaan.

Warga pulau kecil ini mengatakan, mereka tak keberatan dengan adanya gangguan dari para wisatawan, selama kehidupan mereka tak terusik.

"Jika orang yang datang ke pulau ini merasa kucing bisa menyembuhkannya, maka saya pikir itu hal yang baik," ucap Hidenori Kamimoto, 65 tahun, yang hidup sebagai nelayan.

"Saya hanya berharap bahwa hal itu dilakukan dengan cara yang tak menjadi beban bagi orang-orang yang tinggal di sini," tambah Kamimoto. (Tnt)
 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya