Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi harga premium sepanjang tahun ini paling mahal Rp 7.500 per liter. Hal itu didasari harga minyak dunia yang bakal berfuktuasi di kisaran US$ 55 per barel sampai US$ 60 per barel.
Namun begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menampik hal tersebut. Pasalnya, harga premium mengikuti harga minyak dunia.
"Yang benar saja. Itu kan tergantung harga minyak dunia," kata dia, Jakarta, Selasa (3/3/2015).
Dia mengatakan, harga minyak dunia bakal berfluktuasi. Jadi, apabila harga minyak dunia naik tinggi maka begitu juga dengan premium. Kondisi serupa juga berlaku untuk solar sebab pemerintah hanya memberikan subsidi Rp 1.000 per liter untuk solar.
"Nggk benar, kembali keekonomiannya, kalau naik ya kembali naik. Kita bayar Rp 1.000 subsidi solar," kata dia.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja sebelumnya memprediksi harga paling mahal premium Rp 7.500 per liter pada tahun ini.
"Sekarang kita lihat harga minyak jenis Brent sekitar US$ 59 per barel. Artinya ada pergerakan naik turun," ujarnya.
Dia mengatakan, selain harga minyak dunia yang berpengaruh, besaran tersebut juga disebabkan oleh pelemahan rupiah.
"Tapi fluktuasinya sekitar itu saja. Harusnya di level Rp 7.000, sebab rupiah turun drastis dan itu yang membuat BBM naik. Saya kita Rp 7.500 per liter itu kalau ICP US$65 per barel," tukasnya. (Amd/Ndw)
Advertisement