Bahaya Bila Ortu Abaikan Anak

Semakin lama, mengasuh dan membesarkan anak tampaknya semakin mendapatkan banyak tantangan dari zaman yang terus berkembang.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Mar 2015, 13:00 WIB
(Foto: rebeccadeurlein.wordpress.com)

Liputan6.com, Jakarta Mengasuh dan membesarkan anak merupakan dorongan yang bersifat universal. Setiap mahluk yang memiliki anak umumnya memiliki dorongan ini tak terkecuali manusia. Bagi manusia yang memiliki anak, selain untuk memenuhi kesejahteraan fisik anak, pertumbuhan dan perkembangan pada aspek lain antara lain aspek emosi, kecerdasan, dan karakternya merupakan. Aspek-aspek ini menjadi tampak menonjol dimiliki oleh manusia sehingga dalam banyak hal akan membedakan eksistensi manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Semakin lama, mengasuh dan membesarkan anak tampaknya semakin mendapatkan banyak tantangan dari zaman yang terus berkembang. Salah satunya mengenai waktu dan perhatian yang diberikan oleh orangtua terhadap anak-anaknya. Dibandingkan para orangtua di masa lampau, para orangtua di masa kini secara umum tampaknya relatif semakin sedikit mengalokasikan waktu bagi anak-anak mereka. Dalam banyak kasus bahkan telah terjadi pengabaian oleh orangtua terhadap anak-anak yang pengasuhannya semestinya berada dalam tanggung jawab mereka. Bagi yang memiliki kecukupan materi, kompensasi yang kemudian dilakukan bagi semakin berkurangnya waktu dan perhatian untuk anak-anak mereka ini adalah pemberian materi yang kadang-kadang berlebihan sifatnya. Kompensasi dalam bentuk materi yang berlebihan pada anak tanpa kehadiran orangtua untuk menemani dan membimbing justru dapat berdampak negatif.


Abaikan anak

Alasan para orangtua di zaman sekarang ini terjebak dalam situasi yang cenderung mengabaikan anak antara lain karena adanya pengaruh lingkungan yang mendorong mereka untuk seakan-akan berpacu dalam perlombaan kecepatan mengejar berbagai hal. Hal-hal yang bersifat materi, karir, pekerjaan, relasi bisnis dan sosial menjadi capaian penting yang mennyedot sekian banyak waktu dan energi dalam kehidupan para orangtua di zaman sekarang. Jika ditanya, tentulah banyak yang akan mengatakan bahwa hal yang paling berharga dalam hidup mereka adalah anak-anak mereka. Akan tetapi, dalam praktek sehari-hari, anak-anak mereka seringkali tidak mendapatkan prioritas saat mereka kemudian menyusun rencana pembagian waktu dan perhatiannya.

Seringnya orangtua mengabaikan anak dalam tanggung jawab mereka sehari-hari bukannya tidak menimbulkan resiko tertentu. Resiko pertama tentunya berkaitan dengan hubungan antara anak dan orangtua sendiri. Hubungan anak dan orangtua awalnya merupakan hubungan yang sangat dekat. Hal ini karena dengan orangtualah anak menjalin dan belajar berelasi dengan orang lain untuk yang pertama kalinya. Bahkan dengan ibunya, anak sudah menjalin relasi sejak dia berada dalam kandungan. Namun demikian, dengan mengabaikan anak dalam perkembangan kehidupan selanjutnya, hubungan anak dan orangtua pelan-pelan akan merenggang. Anak tidak akan lagi merasa bahwa orangtua berada dalam lingkaran dekat relasi yang dimiliki dalam kehidupannya.


Kehilangan jejak

Yang kedua, berkaitan dengan renggangnya relasi ini, orangtua perlahan-lahan akan “kehilangan jejak anak”. Mereka tidak banyak tahu lagi apa yang terjadi pada anak-anak mereka. Saat menjalani fase-fase penting dalam kehidupannya dan bahkan saat menjumpai berbagai masalah, referensi anak bukanlah orangtuanya lagi. Mereka mencari berbagai rujukan di luar yang seringkali tidak dapat menjadi pegangan yang memadai. Akibatnya orangtua seringkali terkejut saat menjumpai anak-anak mereka mengalami suatu masalah berat misal terlibat tindak kriminal atau penggunaan narkoba. Pada saat itu, biasanya orangtua sudah terlambat untuk melakukan tindak pencegahan.

Jika orangtua secara sadar atau tidak sadar mulai melupakan dan mengabaikan anak-anak mereka, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Yang pertama adalah mengubah prioritas hidupnya. Meskipun tampaknya sederhana, namun pada kenyataannya tidak mudah dilakukan. Berbagai alasan dengan banyak pembenaran seringkali dilakukan sebagai negosiasi orangtua yang sebenarnya enggan beranjak dari kondisi yang sebenarnya membuatnya nyaman tersebut. Salah satu rasionalisasi yang populer adalah bahwa orangtua juga melakukan semuanya itu (bekerja, membangun relasi dan karir) adalah demi anak-anak. Hal ini akan terdengar ironis karena dengan menghabiskan waktu dan energi untuk mengerjakan itu semua, mereka justru mengabaikan anak yang mereka katakan sangat berharga dan menjadi prioritas dalam hidup mereka. Oleh karenanya, orangtua perlu menyusun ulang prioritas dalam hidup mereka. Mereka perlu menyusun kembali rencana-rencana pekerjaan mereka agar tidak menyita seluruh kehidupannya. Jika memang tidak memungkinkan, orangtua dapat saja memilih pekerjaan lain atau bahkan cara hidup lain agar dapat lebih memperhatikan buah hati mereka.


Mengorbankan hal penting

Yang kedua adalah kerelaan hati orangtua untuk mengorbankan hal-hal yang selama ini dianggap sangat penting namun menghabiskan waktu dalam kehidupan mereka. Selain pekerjaan yang menyita waktu dan energinya, hal-hal penting tersebut bisa saja berupa hobi atau relasi-relasi yang tidak perlu. Memang orangtua tidak perlu meninggalkan semuanya, akan tetapi yang perlu dilakukan adalah memilih yang penting saja dan tidak memilih semuanya. Orangtua perlu menyadari bahwa sudah saatnya mereka mengubah pusat kehidupan tidak lagi pada dirinya namun mulai beralih pada anak-anak mereka. Tentu saja mereka juga tidak perlu melupakan dirinya sendiri sama sekali namun mereka harus menyertakan anak sebagai subyek yang juga penting dalam cara mereka menjalani kehidupannya.

Berikutnya, yang ketiga, adalah yang lebih praktis yaitu mulai menyediakan waktu untuk anak-anak mereka. Adalah suatu kebohongan jika orangtua mengatakan bahwa mereka menyayangi anak-anak mereka namun pada kenyataannya tidak ada waktu yang memadai yang disediakan untuk anak-anak mereka dalam kehidupannya sehari-hari. Waktu bersama dengan anak ini dapat diisi dengan berbagai aktivitas bersama sehingga orangtua sungguh-sungguh dapat mengikuti jejak anak-anak yang telah dipercayakan kepada mereka untuk dilahirkan, ditemani, dan dibesarkan menjadi pribadi yang sehat dan berbahagia.

Yohanes Heri Widodo, M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara Yogyakarta

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya