Bandara Berselimut Kabut, Pesawat Turki Tergelincir ke Rumput

Penumpang yang terluka akibat ketakutan dan melompat dari kursi ketika kabin dipenuhi asap setelah pesawat tergelincir berhenti.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Mar 2015, 16:07 WIB
Pesawat Turki Airlines. (Twitter Neil Pande)

Liputan6.com, Kathmandu - Pesawat Turkish Airlines kehilangan kendali di landasan pacu saat mendarat di Bandara Kathmandu, Nepal pada hari Rabu waktu setempat. Burung besi yang membawa 224 penumpang itu pun akhirnya dievakuasi.

Satu dari 224 penumpang kapal Turkish Airlines Penerbangan 726 TK luka ringan dan dikirim ke rumah sakit.

"Semua penumpang dan awak kami sudah diamankan dan dievakuasi ke terminal. Tindakan pencegahan yang diperlukan telah dilakukan, langkah untuk menarik pesawat dari tempatnya saat ini juga," kata juru bicara Turkish Airlines Ali Genc dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari NBC News, Rabu (4/3/2015).

Genc mengatakan, penyelidikan untuk mencari penyebab pasti insiden tersebut tengah dilakukan.

Dilansir dari The Sun Daily, penumpang yang terluka akibat ketakutan dan melompat dari kursi ketika kabin dipenuhi asap setelah pesawat tergelincir berhenti.

"Bandara kini telah ditutup kecuali untuk helikopter," ujar juru bicara pihak bandara, Purna Prasad Chudal sambil menambahkan bahwa visibilitas cuaca berkabut saat itu masih dalam batas wajar.

"Pesawat itu memiliki izin untuk mendarat ketika kondisi berkabut sebelumnya, visibilitas dalam batas normal," ucap Chudal.

Chudal mengatakan pilot melampaui landasan pacu selama upaya awal untuk mendarat, sebelum keluar ke area berumput.

"Saat pesawat mendekat, entah bagaimana kehilangan kendali keluar landasan dan berakhir di daerah padang rumput," jelas manajer umum bandara Birendra Prasad Shrestha.

Foto-foto di media sosial menunjukkan hidung pesawat mencium landasan, dengan landing gear yang terlihat dalam kondisi rusak.

Foto dok. Liputan6.com

Dikesh Malhotra, yang kembali dari perjalanan bisnis mengatakan dampak dari pendaratan menyebabkan tas berjatuhan dan membuat penumpang ketakutan. Mereka mencengkeram kursi dengan kuat, cemas menunggu pesawat untuk berhenti bergerak.

"Kita bisa merasakan ban tergelincir... Aku bisa melihat pramugari dari tempat duduk ketika dia meneteskan air matanya," ucap Malhotra.

"Ketika pesawat berhenti, asap memenuhi kabin, sehingga sulit untuk bernapas. Semua orang berdiri dan mulai berteriak untuk membuka pintu... akhirnya mereka mengumumkan evakuasi... kami sangat lega," tambah Maholtra.

Kawasan Himalaya adalah rumah bagi beberapa landasan pacu terpencil dan paling sulit di dunia. Sebab kondisinya yang diapit oleh puncak tertutup salju dan medan yang menimbulkan tantangan bahkan untuk pilot berpengalaman sekalipun.

Serangkaian kecelakaan serta keputusan blacklist semua maskapai Nepal Uni Eropa untuk mendarat di bandara di Himalaya pada tahun lalu, mendorong pejabat pemerintah setempat mengumumkan rencana untuk memasang radar dan pemantauan cuaca dengan sistem baru yang akan memberikan update terkini.

Kecelakaan terbaru di wilayah itu terjadi Februari lalu. Pesawat Nepal Airlines menabrak bukit di wilayah barat negara itu ketika hujan deras, menewaskan semua 18 orang di dalamnya. (Tnt/Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya