Liputan6.com, Jakarta Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema buka suara menanggapi reaksi keras publik Australia terhadap rencana eksekusi dua terpidana mati Bali Nine. Ia mengatakan, hukuman mati tersebut juga membuat sedih rakyat Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan bersamaan dengan dipindahkannya dua terpidana mati asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Bali ke Penjara Nusakambangan.
"Ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Kami bukan bangsa yang suka menembak orang begitu saja. Kami melakukannya untuk alasan yang besar," kata Dubes Nadjib saat berbicara di acara Australia Indonesia Business Council di kota Perth, Rabu (4/3/2015) seperti dilaporkan koresponden BBC di Australia Phil Mercer.
"Saya sedih dengan keadaan ini dan situasi ini juga membuat sedih rakyat Indonesia," tambah dia.
Sementara itu, Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan saat ini adalah masa yang sangat sulit dalam hubungan bilateral Indonesia dan Australia, tetapi hubungan kedua negara harus terus berjalan.
"Hubungan dengan Indonesia harus berjalan, dan seiring waktu, harus bertambah kuat. Jelas, ini adalah masa yang sangat sulit bagi hubungan kami dan saya berharap di menit-menit terakhir ini, sisi yang lebih baik dari sifat rakyat Indonesia akan menampakkan diri," kata Abbott seperti dikutip oleh kantor berita Reuters.
PM Abbott juga menyatakan dirinya murka atas langkah eksekusi itu, dan mengatakan jutaan warga negeri kanguru kecewa berat dengan pemindahan duo Bali Nine tersebut.
"Kapan pun, saya tetap bersikap yang sama. Posisi Australia sudah jelas (menolak). Terus terang kami murka dengan perkembangan proses eksekusi," ujar Abbott.
Abbott mengungkapkan ada jutaan warga Australia yang kecewa atas apa yang akan terjadi kepada Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Meski dia mengakui bahwa anggota gembong narkoba itu memang melakukan kejahatan berat.
"Memang, posisi Australia jelas membenci kejahatan narkoba. Tapi kita juga tak setuju dengan hukuman mati seperti yang dilakukan di Indonesia," ungkap Abbott. (Tnt/Ein)
Advertisement