Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Widada Sulistya, mengatakan wilayah Indonesia memasuki bulan kemarau. "Di mana puncaknya pada bulan September 2015," kata Widada di kantornya, Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Sementara itu, Kepala BMKG, Andi Eka Sakya menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya, musim kemarau akan masuk pada April. Tapi itu baru akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Menurut Andi, dibandingkan dengan rata-rata awal musim kemarau pada tahun 1981 hingga 2010, sebagian besar daerah di Indonesia diprakirakan sama.
Advertisement
"Awal musim kemarau 2015 di sebagian daerah di Indonesia diprakirakan April sekitar 29,8 persen wilayah Indonesia. Kemudian dilanjutkan pada bulan Mei dan Juni. Sebagian daerah diprakirakan sama dengan musim kemarau 30 puluh tahun terakhir dimana mencapai 34,5 persen samanya. Namun sebesar 33 persen maju awal musim kemaraunya dan sebesar 32,5 persen mundur dari biasanya," jelas Andi.
Andi mengungkapkan, musim kemarau yang lebih cepat maju waktunya ada di Sumatera bagian timur dimana curah hujan sudah mulai berkurang. Sedangkan untuk daerah timur, Nunukan, dan Ternate bagian utara juga sudah mulai mengalami gejala yang sama. Tapi untuk wilayah Bali, NTT, NTB, dan sekitarnya, musim kemarau cenderung normal.
"Berkembang pada April, kawasan bagian utara mulai kelihatan kemaraunya seperti Bali, NTT, NTB sebesar, 70 persen. Sulsel seperti di Makasar juga sudah mulai," jelasnya.
Meski demikian, menurut Andi, untuk curah hujan sepanjang musim kemarau di sebagaian besar wilayah Indonesia memiliki sifat normal. Andi melanjutkan sifat hujan pada musim kemarau 2015, di sebagian besar daerah diprakirakan normal sebesar 63,9 persen, di bawah normal sebesar 16,1 persen dan di atas normal 19,9 persen. Namun yang menarik, di wilayah Sumatera dan Jawa memiliki 2 puncak musim hujan pada Mei.
"Hujan justru ada di wilayah Sumatera dan Jawa secara keseluruhan walaupun sedikit. Namun langsung masuk ke musim kemarau," tutupnya. (Mhs).