Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan anak usia remaja menjadi pelaku kejahatan begal dipengaruhi banyak faktor seperti pengaruh lingkungan dan teman sebaya.
"Dari hasil penyelidikan kami, pemicu anak melakukan begal bukan disebabkan oleh faktor tunggal, tapi banyak faktor. Salah satunya pengaruh lingkungan dan teman sebaya," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Susanto di Jakarta, Selasa.
Advertisement
Yang pertama, kata Susanto, anak yang berinteraksi dengan teman atau lingkungan sosial yang terbiasa melakukan kekerasan akan permisif dengan perilaku kekerasan tersebut.
Anak akan terbiasa dan menganggap tindakan pembegalan sebagai hal biasa yang tidak melawan hukum. Ia juga mengatakan alasan lain anak menjadi pelaku begal disebabkan disfungsi keluarga.
"Yang kedua anak dari keluarga 'broken home'. Mereka merupakan korban dari pola asuh dan kondisi keluarga yang tidak mendukung sehingga anak berkembang tidak optimal dan labil," kata dia.
Yang ketiga, ujar dia, dikarenakan cara berpikir anak yang serba instan dalam menginginkan sesuatu. Menurut Susanto, anak yang memiliki pola pikir serba instan merupakan dampak dari kultur masyarakat Indonesia yang sebagian besar juga berpikir instan.
Keempat, Susanto mengaitkan pengaruh 'bullying' yang terjadi di sekolah sebagai pemicu anak usia remaja menjadi pelaku begal. "Hampir setiap sekolah di Indonesia ada bibit-bibit bullying, meski dalam bentuk verbal maupun psikis," kata Susanto.
Sedangkan yang terakhir, kata Susanto, ialah dampak dari tontonan dan video game yang bersifat kekerasan. "Dampak dari tontonan kekerasan berkontribusi anak permisif dengan kekerasan. Kalaupun anak tidak menjadi pelaku kekerasan, dalam banyak kasus anak membiarkan terjadinya kekerasan," kata dia.
Beberapa waktu belakangan kasus kejahatan pencurian motor dengan cara begal kerap terjadi di sekitar wilayah Jabodetabek. Pelaku begal tersebut, tidak jarang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah.