Pelabuhan Cilamaya Dinilai Tak Ganggu Pertamina

Pembangunan pelabuhan Cilamaya dikhawatirkan menganggu keberlangsungan blok Migas Offshore North West Java milik Pertamina.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Mar 2015, 18:21 WIB
Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas, Dedy Priatna mengungkapkan, ada tiga persoalan untuk bangun pelabuhan Cilamaya di pemerintahan Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Adolf Richard Tambunan menyatakan, pelabuhan Cilamaya bukan merupakan ancaman kegiatan pengolahan minyak dan gas (migas) di wilayah tersebut.

"Jadi pelabuhan dan migas ini bisa hidup bersama, selama masing-masing tidak saling menganggu. Bisa dimitigasi risikonya." ujar Adolf di Jakarta, Kamis (5/3/2015).

Dia menyatakan, benturan antara proyek pembangunan pelabuhan dengan sumber dan pengolahan migas bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di pelabuhan negara lain. Namun terbukti bisa diselesaikan dengan baik.

"Banyak negara bisa mengaturnya. Contoh seperti pelabuhan di Houston, Amerika Serikat. Pelabuhannya itu bisa masuk 8 ribu kapal. Kemudian juga di Singapura. Hal seperti ini banyak ditemukan, bukan hanya di Cilamaya ini," kata dia.

Seperti diketahui, pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat dikhawatirkan menganggu keberlangsungan Blok Migas Offshore North West Jawa (ONJW) yang dikelola anak usaha PT Pertamina.

Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan sendiri telah menyatakan, pemerintah memutuskan untuk menggeser lokasi pembangunan pelabuhan Cilamaya sejauh 2,9 km ke arah barat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak gangguan bagi operasional blok migas milik anak perusahaan Pertamina tersebut. (Dny/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya