Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah belum menunjukkan tanda-tanda penguatan. Terakhir, nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, ekspor yang diharapkan sebagai efek pelemahan ruiah juga belum menunjukkan peforma.
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan efek penguatan ekspor tidak langsung seketika terjadi saat rupiah melemah.
Advertisement
"Tidak bisa hari ini rupiah melemah besok ekspor langsung naik, biasanya ada waktunya, sebulan atau dua bulan," ungkap JK, di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (6/3/2015).
Sampai saat ini, JK menegaskan pemerintah tidak akan melakukan intervensi untuk menguatkan nilai tukar rupiah. Itu karena kondisi saat ini, rupiah lebih banyak terpengaruh faktor eksternal.
"Diintervensi apapun kalau terjadi penguatan dari faktor eksternal tidak akan mempan, eksternal. Tapi ndak apa-apa," imbuhnya.
Menurut JK, langkah utama yang akan dilakukan pemerintah saat ini adalah memperbaiki neraca pembayaran. Ia juga mengingatkan adanya UU Mata Uang yang mengatur pemakaian rupiah untuk transaksi.
"UU-nya ada untuk pemakaian rupiah, sebagian besar kita pakai rupiah walaupun tarifnya Dollar, tapi kan kita bayar dengan rupiah sebenarnya. Katakanlah hotel, ada hotel yang tarif dollar, tapi orang bayar dengan rupiah, kecuali orang asing," tandas JK. (Nrm)