Ini Alasan Agar Pemerintah Tak Perlu Impor Beras

Pemerintah diimbau untuk membeli gabah petani dalam jumlah besar agar membantu petani.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Mar 2015, 14:45 WIB
Pekerja melakukan aktifitas pengangkutan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (24/2/2015). Harga beras sejak 9 Februari 2015 melonjak hingga 30 persen, hal ini disebabkan belum meratanya panen di daerah produsen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Langkah pemerintah menggelar operasi pasar membuahkan hasil. Harga beras mulai turun sekitar Rp 300-Rp 500 per kilo gram (Kg).

Hal itu disampaikan Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, Ngadiran, saat ditemui Liputan6.com, Minggu (8/3/2015).

"Saat ini harga beras sedikit turun antara Rp 300-Rp 500 per kilo gram (Kg). Mudah-mudahan setelah ikut operasi pasar segera turun lagi," ujar Ngadiran.

Ia menegaskan, harga beras turun memang lebih didorong operasi pasar. Harga beras medium semula Rp 9.500 menjadi Rp 9.000. Sedangkan harga beras operasi pasar sekitar Rp 7.400. "Namun beras operasi pasar masih agak terbatas," kata Ngadiran.

Menurut Ngadiran, panen beras mulai akhir Maret-April. Dengan melihat kondisi itu, Ngadiran menilai, pemerintah tidak perlu melakukan impor beras. Ia mendorong, Bulog membeli gabah petani dalam jumlah besar untuk membantu petani.  Langkah tersebut juga membantu stok Bulog.

Sebelumnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memastikan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dari petani dalam waktu dekat.

Menko Perekonomian, Sofyan Djalil menuturkan, kenaikan itu diperkirakan terjadi pada pekan depan. Untuk kepastiannya, pihaknya menunggu arahan dari Presiden Jokowi.

Kenaikan HPP gabah mesti dilakukan pemerintah. Dia bilang, kenaikan tersebut akan memberikan harga wajar bagi petani. Hal itu dilakukan agar petani tidak dirugikan saat panen raya tiba. (Fik/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya