Pemerintah Ingin Pertamina dan Total Negosiasi Soal Blok Mahakam

Kontrak PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corp dalam pengelolaan Blok Mahakam, Kalimantan Timur akan selesai pada 2017.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 09 Mar 2015, 13:07 WIB
(Foto: PT Pindad)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said akan memanggil PT Pertamina (Persero) dan Total E&P Indonesie untuk mencari jalan tengah pengelolaan Blok Mahakam.

Sudirman mengatakan, pemerintah sudah memberikan kepastian pengolahan Blok Mahakam ke PT Pertamina (Persero). Saat ini berbagai pihak membutuhkan kejelasan terhadap porsi pengoperasian blok Mahakam.

"Semua pihak membutuhkan kejelasan dan pemerintah sudah mengambil keputusan yang jelas. Bahwa arahnya akan diberikan kepada Pertamina," kata Sudirman, di terminal penerimaan dan regasifikasi Arun, Lhoksumawe, Aceh Utara, Senin (9/4/2015).

Sudirman menambahkan, saat ini pemerintah meminta kedua belah pihak yaitu Total dan Pertamina untuk melakukan negosiasi porsi tersbut.

"Tetapi berapa-berapanya kami meminta untuk nenegosiasi. Kami meminta Pertamina menjadi mayoritas," ungkapnya.

Menurut Sudirman, pemerintah akan memanggil kedua belah pihak untuk mencari jalan keluar soal pengelolaan blok yang masa kontraknya habis 2017 tersebut.

"Tapi kami menginginkan bisnis skill yang bercampur. Nanti keduanya kami undang untuk membahas ini, agar ketemu jalan tengah," ujar Sudirman.

Kontrak PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corp dalam pengelolaan Blok Mahakam, Kalimantan Timur akan berakhir pada 2017. Pemerintah bersiap mengalihkan pengelolaan lapangan yang menghasilkan gas terbesar di Indonesia tersebut ke PT Pertamina (Persero).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil pernah mengatakan, dari pembicaraan tersebut Pertamina dirasa siap menjadi pengelola Blok Mahakam. Bahkan, dia berkeyakinan perusahaan migas pelat merah tersebut bisa menjadi pemegang saham mayoritas.

Namun begitu, dia menyadari untuk pengambilalihan tersebut mesti melakukan beberapa pertimbangan. Di antaranya, penerimaan negara, produktivitas, dan transfer teknologi  dari operator sebelumnya ke Pertamina. (Pew/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya