Liputan6.com, Jakarta - Kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri sudah perlahan mereda, namun kisruh tersebut masih belum selesai dan masih menimbulkan polemik Kisruh ini pun dituding menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai nilai tukar rupiah yang menembus level 13.047 per dollar AS pada Senin (9/3/2015).
Namun hal ini langsung dibantah Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang menegaskan pelemahan rupiah tidak berhubungan dengan kisruh KPK-Polri. Pelemahan rupiah dikatakan lebih dipengaruhi faktor ekonomi global.
Advertisement
"Bukan pengaruhnya itu, pengaruhnya ekonomi luar dan harga-harga dalam negeri," ujar Jusuf Kalla di Bidakara, Senin (10/3/2015).
Beberapa pengamat ekonomi mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah karena adanya data nonfarm payrolls AS menunjukkan angka positif, yaitu sebesar 295 ribu tenaga kerja atau di atas perkiraan sebesar 240 ribu tenaga kerja.
Indeks pengangguran pun menjadi turun menjadi 5,7 persen padahal perkiraannya di sekitar 5,6 persen. Angka ini menimbulkan spekulasi makin dekatnya kenaikan suku bunga AS, sehingga semakin menguatkan otot dollar AS.
Pada hari ini, rupiah masih betah di kisaran 13.000 per dolar AS. Sentimen yang menekan rupiah adalah rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah masih berada di kisaran 13.050 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan, rupiah berada di level 13.050,80 per dolar AS. Rupiah pun bergerak fluktuaktif hingga siang di kisaran 13.047 per dolar AS hingga 13.065 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah melemah tipis sebesar 12 poin ke level 13.059 per dolar AS pada Selasa 10 Maret 2015 dari periode Senin 9 Maret 2015 yang ada di di level 13.047 per dolar AS. (Putu/Nrm)