Ini Pentingnya Mata Uang Negara Berkembang Buat Investor Dunia

Pelemahan mata uang secara bersamaan ini bisa jadi merupakan sinyal bagi The Fed untuk menunda kenaikkan suku bunganya.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 11 Mar 2015, 11:22 WIB
(Foto: mailonline)

Liputan6.com, New York - Mata uang negara-negara berkembang seperti lira Turki dan real Brasil mungkin tak selalu menjadi pilihan investor. Namun Chief Foreign Exchange Strategist di Scoatiabank, Camila Sutton mengungkapkan, mata uang di negara-negara berkembang bisa menjadi pilihan karena mata uang tersebut bisa mengirimkan sinyal yang kuat mengenai kondisi dolar Amerika Serikat (AS) ke depan.

Sutton menjelaskan, sebagian besar dana-dana di Amerika berlari ke negara-negara berkembang. Dengan melihat apa yang terjadi dengan kondisi mata uang negara berkembang maka bisa dilihat juga bagaimana gerak dari dolar AS ke depan. Sutton melanjutkan, kondisi mata uang negara berkembang juga bisa digunakan untuk membaca pesan penting dari The Fed mengenai berbagai rencana kebijakannya.

Mengutip laman CNBC, Rabu (11/3/2015), dengan penguatan dolar AS yang luar biasa tahun ini, dan harga minyak yang kian melemah, mata uang negara berkembang terus merasakan sakitnya. Real Brasil bahkan telah melemah 16 persen terhadap dolar AS sepanjang satu tahun terakhir.

Lira melemah tak kalah parah, sekitar 13 persen terhadap dolar AS dalam kurun waktu yang sama. Sementara peso menyentuh level terendahnya terhadap dolar AS sepanjang sejarah.

Sutton mengatakan, pelemahan mata uang secara bersamaan ini bisa jadi merupakan sinyal bagi The Fed untuk menunda kenaikkan suku bunganya.

Kembali pada 2013, Gubernur The Fed saat itu Ben Bernanke mengumumkan rencananya untuk mencabut dana stimulusnya yang akhirnya membuat mata uang di negara berkembang bergerak melemah. Saat Bernanke menunda penghentian dana stimulusnya, banyak analis yang yakin itu lantaran pelemahan mata uang yang tajam di negara berkembang.

"Saat Anda melihat mata uang di negara-negara berkembang mulai melemah tajam, itu bisa jadi mendorong The Fed untuk lebih hati-hati dalam menjalankan kebijakannya," tutur Sutton.

Dengan kata lain, The Fed dapat melihat reaksi negara berkembang sebagai uji coba bagaimana dampak kenaikkan suku bunga nantinya. Jika terjadi reaksi lebih besar, The Fed bisa saja menunda kebijakannya menaikkan suku bunga.

Faktanya, The Fed sangat paham dengan persepsi yang membuat dolar menguat. (Sis/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya