Liputan6.com, Jakarta Puteri-puteri dari 33 propinsi di Indonesia dipanggil ke Ibu Kota Jakarta. Selama 10 hari, 11-20 Februari 2015, Hotel Grand Sahid Jaya menjadi sangkarnya. Saat sarapan, semua harus sudah clear dari handphone. Interaksi dengan orang-orang di luar dibatasi. Pemberian barang dari orangtua akan disampaikan melalui perantara. Setelah seluruh kegiatan dalam satu hari karantina selesai, barulah puteri-puteri itu bisa kembali mengakses telepon selular yang sebelumnya disimpan dalam safety box.
Begitulah hari-hari penuh aturan itu dilalui oleh para finalis Puteri Indonesia 2015. Di antara mereka ialah Farhannisa Suri Maimoon Nasution yang mewakili propinsi Sumatera Utara. Di hari pertama, para puteri mengenakan busana malam terbaik untuk sebuah acara. Puteri-puteri itu disambut oleh Mooryati Soedibyo, pendiri Yayasan Puteri Indonesia, di kediamannya dalam sebuah jamuan makan malam. Elvira Devinamira, Puteri Indonesia 2014, turut hadir dalam welcome dinner tersebut.
Advertisement
Karantina kontes kecantikan ini diisi dengan berbagai kegiatan. “Setiap hari jadwalnya berbeda-beda. Secara umum dalam satu hari karantina akan ada pembekalan materi dari Yayasan Puteri Indonesia, kementrian, dan lembaga negara. Tema materinya bermacam-macam, mulai dari lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, dan lain sebagainya. Ada juga pelatihan public speaking dan kelas koreografi untuk malam final,” jelas Fanni, sapaan Puteri Sumatera Utara 2014, mengenai kegiatannya di karantina pemilihan Puteri Indonesia.
Bagi Fanni, karantina ini bukan hanya tentang kompetisi meraih mahkota Puteri Indonesia. Lebih dari itu, Fanni mengaku bahwa proses tersebut menyumbang banyak hal positif untuk dirinya sebagai pribadi. Menurutnya, materi-materi yang diberikan di sana menambah wawasannya mengenai berbagai hal. Pelatihan public speaking yang didapat Fanni dikatakannya berguna untuk profesinya sebagai presenter jurnalistik di Liputan6.com. Disamping itu semua, ada satu hal lain yang juga disyukuri Fanni atas karantina tersebut.
“Hal berharga lain yang saya dapat adalah teman-teman dari Sabang sampai Merauke. Dalam menjalani masa karantina ini, tiap orang belajar hal baru dari masing-masing pribadi,” kata perempuan kelahiran Medan, 5 Mei 1992, itu. Sama-sama berjuang menempuh masa karantina, ada macam-macam pengalaman menarik yang dilalui oleh puteri-puteri di sana, juga yang lucu. Tawa Fanni muncul ketika ia bercerita tentang kejadian-kejadian lucu selama karantina. Salah satunya adalah tentang puteri-puteri yang ketiduran di pembekalan materi pada malam hari.
(Foto: Fani sehabis latihan menari di rangkaian acara pemilihan Putri Indonesia 2015, Taman Budaya Jakarta)
Puncak pemilihan Puteri Indonesia 2015 berlangsung pada 21 Februari 2015. H-1 malam final, kesibukan para finalis semakin padat. Hari itu, gladi resik dilakukan sejak pagi. Sebelumnya, mereka harus menyambut kedatangan Miss Universe 2014, Paulina Vega. Karena waktu setiap hal diperhitungkan, para kontestan melakukan gladi resik dengan dandanan lengkap selayaknya acara sesungguhnya. Akan tetapi rasa gladi resik jelas tak sebanding dengan acara sebenarnya.
Malam itu, Plenary Hall Jakarta Convention Center gemuruh dengan suara-suara supporter masing-masing puteri. Spanduk-spanduk berisi foto wajah kontestan menambah semarak suasana Grand Final pemilihan Puteri Indonesia. “Alhamudillah, cuma itu kata yang bisa saya ucap saat itu. Perasaan itu tak terbeli dan tak terulang. It’s once in a lifetime experience. Saat muncul bersama-sama di panggung, saya melihat ramainya para supporter dan spanduk-spanduk dan mendengar teriakan mereka, saya merasa bangga dan haru, terutama saat melihat wajah orangtua saya. Saya merinding menceritakan ini,” kenang Fanni sambil menunjukkan bulu-bulu tangannya yang berdiri.
Usainya kemeriahan puncak kontes Puteri Indonesia berarti juga berakhirnya hari-hari Fanni beraktivitas bersama dengan puteri-puteri lainnya. Rasa kangen para anggota pemilihan Puteri Indonesia angkatan 19 yang telah berpencar berujung pada dibuatnya sebuah grup chatting di handphone. Foto selfie ataupun foto kegiatan lainnya diunggah sebagai pengobat rindu. “Dalam kompetisi itu kami berteman baik, makan bareng, dan saling bantu bila ada yang kesulitan. Kami peduli satu sama lain. Kedekatan ini yang membuat kami kangen setelah kembali berpencar selepas rangkaian pemilihan Puteri Indonesia berakhir,” ujar Fanni dalam wawancara dengan Liputan6.com pada Selasa (10/3/2015).