Liputan6.com, Baghdad - Aparat Turki menahan 16 warga negara Indonesia (WNI) -- yang diduga hilang di Turki -- ketika mencoba menyeberang ke Suriah. Mereka disebutkan terdiri dari 3 keluarga.
Jalur yang mereka tempuh menuju Suriah adalah rute yang biasa digunakan oleh simpatisan kelompok milisi ISIS. Meski demikian, belum jelas apakah 16 WNI itu hendak bergabung dengan kelompok militan tersebut.
"Ke-16 orang ini kini ditahan di pusat penahanan. Kami mendapat informasi bahwa Kedutaan Besar Indonesia di Ankara telah berhubungan dengan mereka," ujar juru bicara Kemenlu Turki, Tanju Bilgic seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/3/2015).
Keterangan itu dibenarkan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.
"KBRI Ankara dan KJRI Istanbul telah lakukan koordinasi secara terus menerus dengan otoritas di Turki," sebut Retno kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Meski demikian, pihak Kemlu Indonesia belum bisa memastikan, apakah ke-16 WNI tersebut merupakan 16 WNI yang beberapa hari terakhir dilaporkan hilang di Turki.
Menutup Perbatasan
Terkait laporan 16 WNI ditahan saat mencoba menyeberang ke Suriah, pemerintah Turki memutuskan menutup dua pintu perbatasan ke Suriah.
Laporan tersebut dikonfirmasi para petugas bea cukai di pintu perbatasan Oncupinar dan Cilvegozu kepada kantor berita Reuters. Akibat penutupan itu, semua kendaraan dan orang dilarang memasuki Suriah dan begitupun sebaliknya.
Advertisement
Sementara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Indonesia, bergerak cepat untuk menindaklanjuti kasus 16 WNI hilang di Turki, yang disinyalir bergabung dengan ISIS. Saat ini, BNPT berusaha mendeteksi keberadaan mereka dengan melalui kerja sama dengan pihak-pihak terkait.
"Kami bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti KJRI di Turki dan Interpol untuk mendeteksi keberadaan 16 WNI itu. Sejauh ini kami belum bisa memastikannya," kata Juru Bicara BNPT Prof Dr Irfan Idris MA dalam keterangan tertulisnya, Rabu 11 Maret 2015.
Menurut Irfan, pihaknya bekerjasama dengan pihak-pihak terkait karena tidak bisa langsung menindak mereka. Meski belum bisa dipastikan, dia menilai apa yang terjadi dengan 16 WNI ini tidak lepas dari strategi yang digunakan ISIS, yang memanfaatkan cara-cara resmi untuk melancarkan aksinya.
"Sebenarnya 16 WNI ini sudah merencanakan semua sejak sebelum berangkat. Mereka menggunakan cara resmi asal paspor dan visa bisa keluar. Nanti setelah di luar negeri, baru mereka melancarkan aksi selanjutnya dan akhirnya tidak kembali lagi ke kelompoknya," imbuh Irfan.
Menurut Irfan, ISIS memiliki 2 propaganda untuk menarik dan merekrut anggotanya. Pertama untuk kesejahteraan atau motif ekonomi dan ke-2 adalah kehidupan akhirat yang menurut persepsi mereka, jika bergabung dan mati akan masuk surga. (Tnt/Mvi)