Punya Cadangan Sedikit, RI Malah Rajin Ekspor Minyak

Jumlah cadangan minyak dan gas Indonesia hanya 0,6 persen dari seluruh cadangan dunia.

oleh Audrey Santoso diperbarui 12 Mar 2015, 13:42 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengadakan silaturahmi dengan beberapa pakar Migas diantaranya mantan Wakil Kepala Badan Pelaksana Hulu Migas Abdul Muin dan Sekretaris Jenderal SKK Migas Gede Pradyana di Gedung Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (12/3/2015).

Acara TNI Mendengar bertajuk 'Ketahanan di Bidang Energi Dengan Berbagai Permasalahan dan Solusinya' dimoderatori oleh Pengamat Politik Sukardi Rinakit, dan diselingi dengan hiburan dari seniman sinden asal Solo Endah Laras.

"Mendengrkan itu gampang. Tapi mendengarkan dengan empati dan aksi diperlukan komitmen. Dan TNI tidak hanya akan mendengarkan masalah-masalah ini, tapi juga kita akan bergerak sesuai kapasitas kita sebagai lembaga pertahanan negara," kata Moeldoko dalam pidato pembukaannya.

Sekitar 200 Perwira Menengah dan puluhan Perwira Tinggi TNI turut hadir dan terlihat antusias melontar pertanyaan dan pendapat mereka kepada narasumber tunggal Abdul Muin.

Dalam paparannya, Muin menjelaskan cadangan minyak dan gas (migas) di Indonesia saat ini berada dalam kondisi krisis. Sembari membidik layar proyektor dengan pointer, salah satu staf OPEC ini mengatakan, jumlah cadangan energi Indonesia hanya 0,6 persen dari seluruh cadangan dunia

"Ironinya, Indonesia masih menjadi eksportir minyak tertinggi di dunia," ujar Muin.

Ia mengatakan kondisi krisis ini luput dari kesadaran masyarakat yang tenggelam dalam kenikmatan meraup laba besar dari hasil eksploitasi migas. Dalam hal ini, jika krisis dibiarkan terjadi, maka dampak buruknya akan menyentuh aspek ketahanan negara, yaitu sektor politik dan sosial.

"Terkait dengan pertahanan, krisis migas akan mempengaruhi situasi politik, dan situasi politik akan mempengaruhi kondisi sosial masyarakat hingga mengancam terjadinya disintegrasi suatu negara," pungkas dia. (Audrey/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya