Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia tidak berniat melakukan pelonggaran suku bunga acuan, meski bank sentral Eropa (EBC) menurunkan suku bunganya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, suku bunga yang dipatok Bank Indonesia saat ini sudah longgar, sehingga tidak perlu diturunkan lagi untuk menguatkan rupiah.
Advertisement
"Kita sudah termasuk longgar. Suku bunga sudah diturunin," kata Kalla, di Jakarta, Rabu (12/3/2015).
Kalla menambahkan, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan sentimen internal yang mempengaruhi rupiah didorong ekspor menurun.
"Memang efek dari luar ke rupiah. Dalam negeri tentu ada ekspor turun karena harga turun. Tapi lebih karena efek menguatnya dollar AS," tutur Kalla.
Menurut Kalla, jika Bank Indonesia menurunkan suku bunganya, diperkirakan menciptakan inflasi, karena itu hal tersebut tidak dilakukan.
"Kalau dilonggarin lagi inflasi tinggi. Itu lebih bahaya lagi," ujar JK.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen pada 17 Februari 2015. Suku bunga Lending Facility tidak mengalami perubahan sehingga tetap di 8 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun mengikuti BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.
Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur yang digelar pada hari ini memutuskan untuk menurunkan BI Rate karena tidak ada tekanan politik yang cukup tinggi yang akan mengganggu iklim ekonomi. Agus juga melihat bahwa level BI Rate setelah diturunkan masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4 pada 2015 dan 2016. (Pew/Ahm)