Menyingkap WNI di 'Jeruji' Turki

Pemerintah Turki menahan 16 WNI saat mencoba menyeberang ke Suriah. Namun 16 WNI itu bukan yang hilang dalam rombongan tur. Siapakah mereka?

oleh Luqman RimadiMoch Harun SyahAudrey Santoso diperbarui 14 Mar 2015, 00:06 WIB
Dua pintu perbatasan Turki-Suriah ditutup aparat Turki sehubungan dengan kondisi keamanan. (BBC)

Liputan6.com, Istanbul - 'Angin segar' berembus dari juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Turki, Tanju Bilgic. Dia mengungkapkan, aparat Turki telah menahan 16 WNI saat mencoba menyeberang ke Suriah. Mereka disebutkan terdiri dari 3 keluarga.

Kabar itu membuat semringah pemerintah Indonesia. Sebab, 16 WNI tersebut tengah menjadi sorotan. Mereka yang hilang pada akhir Februari 2015 dalam rombongan tur ke Turki terus dicari lantaran diduga akan bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"KBRI Ankara dan KJRI Istanbul telah lakukan koordinasi secara terus menerus dengan otoritas di Turki," sebut Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang dikutip BBC, Rabu 12 Maret 2015

Namun begitu, Retno masih belum dapat memastikan apakah 16 WNI tersebut adalah orang yang hilang di Turki atau tidak. Dia menyatakan masih akan menelusurinya melalui KBRI di Turki.

"Memang ada indikasi yang 16 ini bukan 16 (WNI) yang hilang (di Turki). Sekali lagi ini indikasi. Saya belum bisa berikan konfirmasi karena kita belum dapatkan konfirmasi resmi dari otoritas di Turki," ujar Retno di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis 13 Maret 2015.

Selang 2 hari, koordinasi yang dilakukannya membuahkan hasil. Tabir gelap 16 WNI itu sedikit terungkap. Ada beberapa informasi baru yang akan disampaikan.

"Pertama, confirm bahwa 16 warga Indonesia tersebut bukan merupakan 16 yang hilang dalam rombongan tur ke Turki pada akhir Februari lalu," ujar Retno di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat 13 Maret 2015.

Artinya, bisa dipastikan ada 2 kelompok WNI yang jumlahnya sama-sama 16 orang yang saat ini tengah bermasalah di Turki. Yakni kelompok yang ditahan pihak keamanan setempat dan kelompok yang hilang karena memisahkan diri dari rombongan perjalanan travel.

‎Retno mengatakan, telah mengidentifikasi 16 WNI yang saat ini ditahan di Turki, kebanyakan dari mereka masih di bawah umur. Ia merinci, mereka terdiri dari 1 dewasa, 4 perempuan dewasa, dan selebihnya 11 anak-anak.

Ia juga memastikan kalau 16 WNI tersebut ditangkap saat akan memasuki wilayah perbatasan Turki dengan Suriah. "Dari pendalaman yang kita lakukan, mereka memang berencana nyeberang ke Suriah," kata Retno.

Untuk lebih mendalami hal tersebut, Retno mengaku telah mengirim tim khusus ke Suriah. Selain itu, tim juga ditugaskan untuk bekerja sama dengan otoritas Turki dalam bidang pencegahan terorisme dan keamanan.

Hal senada diungkapkan Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti. Dia menegaskan  16 WNI yang ditahan di Turki saat ingin menyeberang ke Suriah bukan bagian dari rombongan biro perjalanan Smailing Tour. Identitasnya berbeda.

"Polri sedang minta datanya ke Kemlu, selidiki background, dan kerja sama dengan Kemenlu dan BNPT untuk kirim personel Polri ke Turki," tukas Badrodin.

Iming-iming Materi

Kepala BIN Marciano Norman mengatakan, hingga kini ada sekitar 50 WNI yang keluar masuk wilayah Irak dan Suriah yang dikuasai kelompok ISIS. Menurut dia, para WNI itu telah menjadi anggota kelompok tersebut.

"Tetapi angka itu ada naik, ada turun. Turun itu karena ada yang kembali ke negara lainnya atau kembali ke Indonesia. Tapi ada juga yang (keluar-masuk) tanpa sepengetahuan kita‎," ujar Marciano di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat 13 Maret 2015.

Menurut Marciano, hampir seluruh WNI itu keluar masuk secara ilegal melalui negara-negara yang berbatasan langsung dengan Suriah, seperti Turki. ‎Mereka menggunakan pintu-pintu masuk lain ke negara-negara itu melalui jalur ilegal.

Dia menyebut mereka yang bergabung dengan ISIS lantaran akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka akan dijamin secara materi.

"‎‎Mereka yang bergabung untuk pertama datang, pasti mendapatkan biaya penggantian perjalanannya. Kemudian dia dapatkan uangnya setiap bulannya berapa. ‎Diberikan biaya hidup awal, setelah itu ya mereka menyatu dengan lingkungan," ucap Marciano.

‎Selain mendapatkan uang, imbuh Marciano, para WNI juga diiming-imingi pekerjaan dengan gaji yang cukup besar. Sebagian dari mereka juga telah bergabung dengan kelompok bersenjata yang dilatih secara militer, untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah di Irak dan Suriah.

"Ada WNI yang memang bekerja di sana, mereka mencari penghasilan. Tetapi ada juga yang ikut dengan kelompok perlawanan senjata kepada pemerintahan yang berada di Suriah itu," ujar dia.

Marciano mengaku informasi ini didapatkan dari WNI yang sebelumnya telah bergabung dengan organisasi radikal tersebut. Selain motivasi itu, niat mereka ke sana adalah untuk berjihad.

Terkait adanya 11 anak-anak yang berada dan ditahan di Turki saat ini, Marciano menduga mereka diajak oleh ibunya untuk bertemu kerabat atau suami yang telah bergabung dengan ISIS.

"Anak kecil itu kalau dia tidak bersama ayahnya berarti ayahnya yang sudah berada di seberang. Kemudian ayahnya mengajak istri dan anak-anaknya untuk bergabung‎," tukas dia.

Cegah Ancaman ISIS

Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan akan mengambil langkah untuk mencegah ancaman ISIS di Indonesia. Dia menyatakan akan memantau WNI yang bergabung dengan kelompok di Afghanistan.

"Kita punya pengalaman dengan beberapa warga Indonesia yang dulu bergabung di Afghanistan. Setelah kembali (mereka) membawa persoalan baru," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko.

"Sehingga sekarang kita menginventarisasi siapa saja yang berangkat ke sana. Saat mereka nanti kembali (ke Indonesia), kita dapat memonitor apa yang mereka lakukan," sambung dia.

Menurut Moeldoko, kehadiran ISIS termasuk ancaman residual. Yaitu munculnya kelompok kepentingan yang frontal. Seperti gerakan pemberontak, dengan tujuan memanfaatkan keadaan suatu negara yang mereka nilai tak rawan secara sosial, ekonomi, dan budaya.

"ISIS ini ancaman residual," ujar perwira tertinggi di TNI itu.

Menurut Moeldoko, untuk mencegah berkembangnya ISIS di Indonesia, TNI mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh paham yang tak berlandaskan hukum dan moral itu.

"Kita memberikan penyadaran kepada masyarakat agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang tidak jelas," pungkas Moeldoko. (Ali/Ans)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya