Liputan6.com, Jakarta - Meski pelemahan nilai tukar rupiah telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir, namun harga telepon seluler (handphone) dinilai masih stabil. Namun memang, ada kemungkinan ke depan harga telepon seluler bakal mengalami kenaikan.
Ketua Asosiasi Pedagang dan Importir Telepon Genggam (ASPITEG), Alie Cendrawan mengatakan, biasanya jika pelemahan rupiah terjadi dalam jangka pendek, harga-harga telepon seluler tidak akan mengalami kenaikan. Pasalnya, kenaikan biaya impor telepon seluler masih ditanggung oleh importir sehingga harga tidak naik.
"Kalau jangka pendek, biasanya disubsidi oleh importir. Kalau kenaikan nilai tukar sangat drastis, baru harga akan naik. Tapi sejauh ini masih belum terlalu pengaruh," ujarnya di Jakarta, Minggu (15/3/2015).
Namun jika rupiah terus melemah, maka importir dan pedagang terpaksa melakukan penyesuaian harga, khususnya bagi produk-produk model terbaru. "Kalau terus melemah, untuk produk lama tidak ada penyesuaian, tetapi untuk produk baru, harganya juga baru. Ini sudah seperti regulasi sejak jaman dulu, regulasi tidak tertulis, jadi suatu kelaziman bagi pengusaha," lanjut dia.
Sedangkan untuk produk lama, kemungkinan adanya kenaikan harga relatif kecil karena produknya sudah ada di Indonesia sebelum rupiah berada di level saat ini sehingga seharusnya pedagang juga menjual dengan harga lama.
"Makanya, produk yang baru masuk maka disesuaikan dengan harga baru. Sedangkan yang lama, kan barang sudah di sini, sudah dalam rupiah. Tapi tidak mungkin kalau rupiah lemah harga handphone tidak naik," katanya.
Meski demikian, dia berharap nilai tukar rupiah bisa kembali menguat sehingga harga produk-produk impor seperti telepon genggam bisa tetap stabil.
"Kami berharap tadinya turun, tetapi pemerintah pun kewalahan. Harapannya harga stabil di Rp 10 ribu saja, tapi kan situasi seperti sekarang kan tidak mungkin, dan ini kan bukan hanya mempengaruhi Indonesia saja, regional juga kena. Menguatnya juga dari Amerika-nya. Jadi yang penting stabil," tandasnya.
Alie juga mengungkapkan, omzet penjualan telepon seluler di dalam negeri juga belum terpengaruh pelemahan rupiah meskipun sebagian besar telepon seluler yang dijual di Indonesia merupakan produk impor.
Menurut Alie, kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka gonta-ganti telepon seluler setiap ada model yang baru juga menjadi salah satu penyebab penjualan telepon seluler belum terlalu terganggu pelemahan rupiah. Menurutnya, untuk telepon seluler model baru, meski harganya naik akibat pelemahan rupiah, namun tetap banyak dicari oleh konsumen. (Dny/Gdn)
Harga Handphone Belum Terpengaruh Pelemahan Rupiah
Kenaikan biaya impor telepon seluler masih ditanggung oleh para importir sehingga harga tidak naik.
diperbarui 15 Mar 2015, 13:39 WIBToko handphone (Istimewa)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kasus Bentrokan Prajurit dan Warga di Deli Serdang, Danpuspom TNI: Sudah Tingkat Penyidikan
5 Destinasi Wisata yang Jadi Lokasi Syuting Film Horor
Mengenal Beaver Moon, Supermoon Terakhir pada 2024
Tragedi Longsor di Pondok Pesantren Sukabumi, 4 Santri Tewas Tertimpa Tembok Kolam
Farhan Ingin Puskesmas di Kota Bandung Beroperasi 24 Jam Layani Masyarakat
Dalam Dua Pekan, Polres Kepulauan Sitaro Panggil 8 Pejabat Terkait Pengelolaan Keuangan
Membaca Doa Qunut Subuh Bid’ah? Ini Pandangan Ustadz Adi Hidayat
Jokowi dan Kaesang Blusukan Pasar Klitikan Demi Paslon Respati - Astrid
Perbandingan 5 Pemain Termahal Timnas Indonesia dan Jepang, Timpang Seperti Peringkat FIFA
Klasemen Kualifikasi Piala Dunia 2026: Tergusur ke Dasar Grup C, Peluang Timnas Indonesia Tetap Terbuka
Timnas Indonesia vs Jepang, Garuda dan Samurai Biru Beda Jalan Menuju Piala Dunia 2026
Mengintip Kampung Wisata Giwangan, Transformasi dari Tempat Prostitusi