Pelemahan Rupiah Mampu Dongkrak Daya Saing Produk Ekspor RI

Pelaku usaha domestik dapat mendongkrak tingkat kecepatan pengiriman produk atau layanan purna jual untuk bersaing di pasar internasional.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Mar 2015, 20:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bakal sulit kembali ke level Rp 11.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Imbasnya, daya beli masyarakat semakin melemah seiring depresiasi mata uang Garuda tersebut.

Namun, Ekonom Jimmy M Rifai Gani menilai, pelemahan nilai tukar rupiah dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia. Karena harga produk Indonesia menjadi relatif lebih murah dengan penguatan dolar AS.

Namun memang, pelaku usaha tidak serta-merta dapat memanfaatkan kondisi tersebut. Selain harga dan biaya, ada tiga komponen lain yang membentuk faktor daya saing yaitu kualitas (quality), kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman barang (delivery), serta layanan purna jual (service).

"Melemahnya kurs rupiah otomatis menaikkan daya saing produk ekspor pada tingkat tertentu, namun hanya dari sisi cost. Jika ingin benar-benar memanfaatkan hal ini maka pelaku usaha harus bisa meningkatkan quality, delivery, dan services," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (15/3/2015).

Foto dok. Liputan6.com


Apabila produk ekspor asal Tanah Air belum mampu bersaing dengan negara-negara lain dari sisi kualitas, Jimmy menilai pelaku usaha domestik dapat mendongkrak tingkat kecepatan pengiriman produk atau layanan purna jual.

"Ada konsumen yang loyal karena service yang bagus atau berani bayar mahal demi delivery cepat dan tepat waktu. Pelaku usaha mesti fokus menentukan diferensiasi produk supaya bisa bersaing dengan kompetitor dari negara-negara lain," jelasnya.

Jimmy juga menyarankan agar pemerintah menginisiasi pembentukan institusi atau lembaga yang mengurusi peningkatan daya saing yang mampu melakukan kolaborasi lintas sektor. Gunanya untuk menghadapi pasar bebas ASEAN yang sudah di depan mata.

"Jadi sekarang tergantung kita dalam menyikapi pelemahan rupiah ini, apakah akan ikut terpuruk atau malah menjadikannya peluang? Pemerintah tidak boleh tinggal diam melihat usaha kecil dan menengah (UKM) kalah bersaing di pasar global karena rendahnya quality, cost, delivery, dan service," tandasnya. (Dny/Gdn)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya