Menunggu Sidang The Fed, Bursa Asia Tergelincir

Indeks MSCI Asia Pasifik melemah 0,3 persen menjadi 143,50 pada pukul 09.20 waktu Tokyo, Jepang,

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Mar 2015, 08:49 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Singapura - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) melemah menunggu hasil rapat yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan berlangsung selama dua hari ini. Pelaku pasar menanti mengenai kepastian kenaikan suku bunga. Perusahaan-perusahaan di sektor energi memimpin penurunan di bursa Asia.

Mengutip Bloomberg, Senin (16/3/2015), indeks MSCI Asia Pasifik melemah 0,3 persen menjadi 143,50 pada pukul 09.20 waktu Tokyo, Jepang, setelah pada pekan lalu juga telah mengalami penurunan sebesar 1 persen karena adanya spekulasi yang lebih baik mengenai data pekerjaan di AS.

Indeks Topix Jepang merosot 0,1 persen setelah reli selama delapan minggu berturut-turut. Indeks Kospi Korea Selatan turun kurang dari 0,1 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,9 persen dan Indeks NZX 50 Selandia Baru naik 0,3 persen. Pasar saham di China dan Hong Kong belum dibuka.

"Akan ada siklus pengetatan yang berlangsung secara bertahap kepada kinerja emiten sebagai dampak dari kekuatan dolar yang mengalami penguatan," turur analis AMP Capital Investor, Sydney, Australia, Nader Naeimi.

Sedangkan sentimen dari Asia, Perdana Menteri China, Li Keqiang, berjanji untuk langsung campur tangan dalam menangani pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pemerintah negara tersebut mencoba untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan reformasi birokrasi.

Pemerintah mencoba berusaha keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke target yang sudah ditentukan yaitu di kisaran 7 persen. Target tersebut berada jauh di bawah kebiasaan China.

Selain soal kebijakan Bank Sentral AS dan juga pemerintah China, sentimen lain yang membayangi gerak bursa Asia pada hari ini adalah penurunan harga minyak.

Melanjutkan pelemahan di minggu kemarin, harga minyak West Texas turun sebesar 2,2 persen menjadi US$ 43,87 per barel. Pada Jumat lalu, harga minyak merosot 4,7 persen.

Catatan dari Departemen Energi Amerika Serikat mengungkapkan bahwa terjadi surplus pasokan minyak. Hal tersebut menjadi tekanan kepada harga minyak dunia. (Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya