Liputan6.com, Yerusalem - Usia lanjut tidak menjadi penghalang bagi Golda Meir untuk menjadi seorang pemimpin sebuah negara. Pada usia yang menginjak 70 tahun, ia dipercaya menjadi orang nomor satu di Israel.
Wanita yang lahir pada 3 Mei 1898 itu, dipilih menjadi PM Israel setelah pemimpin sebelumnya, Levi Eshkol meninggal dunia secara tiba-tiba akibat terkena serangan jantung pada 26 Februari 1969. Partai Buruh memilih Meir untuk menggantikannya setelah menggelar voting -- dengan perolehan 287 suara.
Meir pun resmi aktif berdinas pada 17 Maret dan menjabat sebagai PM pada usia sepuh, 70 tahun. Ia menjadi pemimpin keempat Israel pada periode 17 Maret 1969 - 3 Juni 1974, sekaligus sebagai pemimpin wanita pertama di negara itu.
Diberitakan BBC kala itu, Meir sebenarnya telah memutuskan pensiun pada Januari 1966, saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Karena kondisi kesehatannya yang menurun.
Advertisement
Sebelum terpilih menjadi PM, Meir menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja (10 Maret 1949 – 19 Juni 1956), Menteri Luar Negeri (18 Juni 1956 – 12 Januari 1966) dan Menteri Dalam Negeri (16 Juli 1970 – 1 September 1970).
Ia juga merangkap sebagai Menteri Dalam Negeri sekitar setahun setelah menduduki posisi PM, hingga 4 tahun sebelum jabatannya berakhir.
Setelah Perang Yom Kippur 1973, pemerintahan Meir terganggu oleh pertikaian internal di antara partai-partai koalisi yang berkuasa. Ia banyak dikritik.
Lalu pada 11 April 1974, Meir pun mengundurkan diri sebagai PM dan digantikan oleh Yitzhak Rabin pada 3 Juni 1974.
Pada 8 Desember 1978, Golda Meir meninggal karena kanker di Yerusalem pada usia 80 tahun. Ia dimakamkan di Bukit Herzl, di Yerusalem.
Golda Meir juga disebut sebagai "Iron Lady" atau 'Wanita Besi' dalam politik Israel, jauh sebelum ungkapan itu diciptakan untuk Margaret Thatcher.
Ia tercatat sebagai perempuan pertama (dan hingga kini satu-satunya) yang menjadi pemimpin Israel. Sekaligus menjadi PM perempuan ketiga di dunia.
Peristiwa lain yang tercatat dalam sejarah pada tanggal yang sama tahun 1957, adalah kecelakaan pesawat di Cebu, Filipina. Presiden Filipina Ramon Magsaysay bersama 24 orang yang berada di dalamnya meninggal dunia.
Sementara pada 17 Maret 1963, letusan Gunung Agung dilaporkan menewaskan 2.000-an penduduk Bali. (Tnt/Ein)