Ya, Anda Bisa Meninggal Akibat Putus Cinta

Sebuah penelitian menemukan dampak serius pada orang yang patah hati atau putus cinta.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 17 Mar 2015, 19:22 WIB
Ilustrasi patah hati. Foto: fsac

Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda yang baru saja patah hati, mungkin hal ini bisa menjadi perhatian. Sebab sebuah penelitian menemukan dampak serius pada orang yang patah hati atau putus cinta.

Seperti diberitakan Newser, Selasa (17/3/2015) kasus kematian akibat patah hati memang jarang terjadi, tapi menurut Profesor Psikologi UC Davis, Karen Bales, kehilangan pasangan bisa menyebabkan detak jantung meningkat, aritmia, kecemasan dan fungsi jantung menurun. Dia sendiri menyebutnya sindrom patah hati.

"Gejala sindrom patah hati sangat rentan karena menyerupai serangan jantung. Beberapa kasus bahkan mengalami sesak napas, angina atau nyeri dada, sirkulasi darah yang buruk, aritmia (irama jantung yang tidak teratur) dan detak jantung yang cepat karena patah hati," katanya.

Sebelumnya, Para peneliti yang telah mempelajari kasus di Johns Hopkins University School of Medicine memperkirakan hanya 1 sampai 2 persen pasiennya mengalami sindrom patah hati dan meninggal di rumah sakit. Studi lainnya di Minneapolis menemukan bahwa patah hati menyebabkan masalah serius kesehatan, termasuk Alzheimer, kanker stadium lanjut, dan pendarahan otak.

Menurut tinjauan studi di American Journal of Medicine, sindrom patah hati menyebabkan guncangan emosional lainnya dapat memicu kecelakaan mobil atau tindakan kriminal. Dalam sindrom patah hati, dokter Mayo Clinic juga sempat terkejut saat melihat elektrokardiogram. Mereka menemukan seperti ada pembekuan jantung namun gejala dapat mereda dalam beberapa hari atau minggu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya