Liputan6.com, Jakarta- Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Marciano Norman mengungkap 2 motif utama warga Indonesia bergabung dengan kelompok militan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Menurut Marciano, 2 motif tersebut yaitu karena motif keyakinan untuk berjihad dan kedua merupakan motif ekonomi.
"Tentunya bagi mereka yang punya paham yang sama dalam mencapai tujuannya gabung dengan kelompok radikal. Tapi ada juga yang motifnya murni karena ekonomi," ujar Marciano di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (17/3/2015).
Untuk motif ekonomi, Marciano menyebut banyak warga negara Indonesia yang datang karena tergiur materi yang cukup besar dan nekerja di kawasan objek vital milik ISIS. Namun demikian, sebagian dari mereka ada juga yang bekerja sebagai pekerja kasar, salah satunya pembantu rumah tangga.
"Yang bekerja disana karena motif ekonomi, mereka ada yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan sebagainya untuk kehidupan yang lebih baik," kata dia.
Terkait dengan penangkapan 16 WNI oleh pihak keamanan Turki di perbatasan antara Turki dengan wilayah di Suriah yang dikuasai ISIS, Marciano mengatakan, pemerintah berupaya agar para WNI tersebut dapat dikembalikan ke Indonesia.
"Kita opsi yang paling bagus ya dideportasi ke sini, sehingga kita bisa kembangkan. Tapi seperti penjelasan-penjelasan yang diberikan terdahulu, bahwa mereka sudah menjual segalanya di sini untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid mengatakan, sebagian dari sekitar 8.000 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Suriah, diyakini telah mendukung dan bergabung dengan kelompok terorisme ISIS.
Advertisement
"Saya yakin ada di antara sebagian mereka yang juga menjadi simpatisan ISIS," kata Nusron seperti dilansir BBC.
Menurut Nusron, sebelum diguncang konflik bersenjata, diperkirakan ada sekitar 30.000 TKI yang bekerja di Suriah. Namun belakangan jumlahnya menyusut menjadi sekitar 8.000 orang setelah sebagian besar dievakuasi.
Pemerintah Indonesia, lanjut dia, sejauh ini belum dapat mengidentifikasi siapa TKI di Suriah yang telah bergabung dengan ISIS. "Karena kita belum bisa mentracking(melacak) keberadaan mereka," kata Nusron. (Mut)
Baca Juga