Liputan6.com, Jakarta Kisah sedih seorang ibu bernama Kyra Pringle yang memiliki putri bernama Mariah Anderson pernah dimuat dalam Liputan6.com bisa menjadi pelajaran kita bersama sebagai orangtua. Mariah Anderson memiliki kondisi yang disebut Chromosome Two Duplication Syndrome yang mengakibatkan perubahan struktur wajah Mariah. Alih-alih mendapat empati, di media sosial, Mariah justru mendapat banyak ejekan (Putri, n.d.).
Apa yang dialami oleh Kyra Pringle dan putrinya menunjukkan bahwa masih saja ada orang yang justru menambah beban penderitaan orang lain yang sedang mengalami situasi sulit. Kisah ini tentu saja bukan satu-satunya. Di lingkungan sekitar kita pun seringkali ditemui banyak orang yang tidak dapat menghargai orang lain. Mereka tidak hanya kurang dapat menghargai orang yang sedang mengalami kesulitan atau pun orang-orang yang berbeda dengan mereka. Mereka juga kurang dapat menghargai orang-orang lain pada umumnya.
Advertisement
Fakta ini sebenarnya merupakan ironi. Di satu sisi, manusia jelas-jelas adalah mahluk sosial. Manusia tidak dapat lepas dari orang lain di sekitarnya bahkan semenjak berada dalam kandungan ibunya. Konsekuensi sebagai mahluk sosial semestinya adalah dimilikinya sikap yang akan mendukungnya dalam kehidupan bersama. Salah satunya adalah sikap untuk dapat menghargai orang lain.
Kurang memadai
Akan tetapi, pada kenyataannya, banyak orang yang sikapnya kurang memadai dalam menghargai orang lain. Mereka seakan lupa bahwa tanpa orang lain, mereka akan kehilangan eksistensi kemanusiaannya. Lebih-lebih dalam konteks budaya kita, salah satu keutamaan yang dianggap bernilai adalah kemampuan individu menghargai orang lain baik lewat tindakan maupun kata-kata yang ditujukan untuk orang di luar dirinya.
Berbeda dengan insting dasar manusia berupa berbagai perilaku yang menunjukkan kebutuhan akan hadirnya orang lain, sikap menghargai orang lain tidaklah dapat muncul begitu saja. Sikap menghargai orang lain dalam suatu kehidupan bersama haruslah diajarkan dan dilatih. Mengajarkan dan melatih sikap menghargai orang lain pun sebaiknya sudah dilakukan sejak di usia kanak-kanak.
Setelah usia dua hingga tiga tahun, anak mulai perlu dihadapkan pada pentingnya hidup bersama dengan orang lain. Salah satu sikap yang diperlukan dalam kehidupan bersama adalah menghargai orang lain, apa pun kondisinya.
Advertisement
Agar Anak Berkepribadian
Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua agar sang anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang dapat menghargai orang lain adalah sebagi berikut:
- Orangtua perlu menjadi orang yang bisa menghargai orang lain terlebih dahulu
Seperti yang lainnya juga, sikap menghargai orang lain dapat diajarkan dan dilatihkan pada anak pertama-tama lewat contoh dari orangtuanya sendiri. Hal ini semakin tidak mudah dilakukan pada zaman sekarang di saat perlombaan memuaskan keinginan pribadi dan dorongan memegahkan diri sendiri menjadi nilai yang semakin populer.
Banyak orang yang kemudian mengabaikan kehadiran orang lain bahkan dalam banyak kasus merendahkan orang lain demi semakin meninggikan dirinya. Secara psikologis, banyak orang yang berusaha menutupi masalah yang sebenarnya ada dalam dirinya dengan cara mengungkit masalah yang dialami orang lain.
Dalam psikologi, mekanisme ini dikenal sebagai proyeksi. Bagi orang yang matang, masalah dalam diri haruslah diterima dan kemudian berusaha diselesaikan sepahit apapun. Akan tetapi, bagi orang yang tidak matang, masalah dalam diri akan diusahakan untuk disamarkan atau ditutup lewat menampakkan masalah yang ada pada orang lain. Jika para orangtua kemudian banyak melakukan mekanisme ini, mereka tidak akan dapat menunjukkan pada anak bagaimana menghargai orang lain termasuk orang-orang yang berbeda dengan diri mereka atau orang-orang yang sedang mengalami kesulitan.
Semestinya orangtua perlu menunjukkan pada anak bahwa masalah dalam diri perlu diselesaikan. Kehadiran orang lain perlu dihargai dan bukan menjadi alat untuk mendapatkan kenyamanan semu lewat perasaan seakan-akan tidak lagi memiliki masalah dalam diri dengan cara menunjuk pada masalah yang ada pada orang lain.
Hargai Anak
- Hargailah anak secara tulus
Selanjutnya, orangtua perlu menghargai anak secara tulus. Penghargaan terhadap anak didahului dengan menerima anak tanpa syarat-syarat yang dapat membuat anak terbebani. Anak tentu akan terbebani misalnya jika orangtua baru menunjukkan sikap penerimaan dan penghargaan kepada anak saat anak mendapatkan ranking atas di kelasnya. Orangtua perlu lebih berusaha melihat sisi-sisi lain yang mungkin secara umum tidak populer namun sebenarnya tetaplah merupakan kelebihan anak. Misalnya saja meskipun tidak menempati rangking atas namun anak mampu menghibur temannya yang sedang bersedih.
Penghargaan terhadap anak juga bisa ditunjukkan lewat keberanian orangtua secara tulus minta maaf pada anak jika melakukan kesalahan. Misalnya saja saat orangtua melupakan suatu janji pada anak karena ada hal mendesak, orangtua harus berani mengakui kesalahannya dan kemudian mau minta maaf pada anaknya. Selain itu, orangtua juga dapat menunjukkan perilaku menghargai anak lewat secara sungguh-sungguh mempertimbangkan pendapat anak dalam membuat keputusan yang menyangkut kepentingan bersama. Misalnya saja memberi kesempatan pada anak memberikan usulan mengenai acara akhir pekan keluarga.
- Ajaklah anak menempatkan diri di posisi orang lain
Sikap menghargai orang lain juga dapat dibangun pada anak lewat ajakan untuk dapat menempatkan diri pada posisi orang lain. Saat anak membayangkan dirinya berada di posisi orang lain, anak akan dapat memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu atau juga apa yang dirasakan saat dia mengalami situasi tertentu. Termasuk di dalamnya adalah apa yang dirasakan orang tersebut saat orang lain tidak dapat menghargai bahkan melecehkan kondisinya. Lewat kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain lengkap dengan segala kondisi, keunikan, dan perbedaan-perbedaan dengan dirinya, anak akan dapat lebih bersikap menghargai orang lain di luar dirinya dan tidak mudah menghakimi dan melecehkan kondisi orang-orang tersebut.
Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogayakarta
Referensi
Putri, C. M. (n.d.). Top 5 Lifestyle: Komentar Keji Bayi di Facebook Bikin Penasaran. Retrieved March 14, 2015, from http://lifestyle.liputan6.com/read/2190854/top-5-lifestyle-komentar-keji-bayi-di-facebook-bikin-penasaran
Advertisement