Harga Minyak Jatuh Gara-gara Dolar Kian Perkasa

Harga minyak jatuh merespons penguatan dolar AS dan sikap Kuwait yang menilai OPEC akan terus memproduksi minyak.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 20 Mar 2015, 06:20 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak jatuh pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) merespons penguatan dolar  Amerika Serikat (AS) dan sikap Kuwait yang menilai Oraganisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak punya pilihan selain untuk terus memproduksi minyak meski pasar sedang kelebihan pasokan.

Dilansir dari Reuters, Jumat (20/3/2015), harga minyak jenis Brent turun hampir 3 persen, sementara harga  patokan minyak mentah AS, West Texas Interrmediate (WTI) kehilangan hampir 2 persen akibat kenaikan dolar terhadap sebagian besar mata uang.

Pada sesi sebelumnya, harga minyak Brent naik hampir 5 persen dan minyak mentah AS sekitar 3 persen karena dolar AS mengalami penurunan harian terbesar dalam 18 bulan akibat kekecewaan pasar akibat ketidakjelasan waktu kenaikan suku bunga AS.

"Fakta bahwa pasar minyak kelebihan pasokan tak bisa dipungkiri, sehingga satu-satunya variabel yang saat ini mempengaruhi harga minyak adalah pergerakan mata uang dan bagaimana mereka mempengaruhi permintaan komoditas," ungkap analis dari Price  Futures Group Phil Flynn di Chicago

Dolar AS yang lebih kuat melemahkan permintaanpemegang mata uang lain terhadap komoditas yang ditransaksikan dalam dolar AS seperti minyak. Sebaliknya terjadi ketika dolar menurun.

Harga minyak Brent ditutup turun US$ 1,48 menjadi US$ 54,43 per barel. Sedangkan WTI melemah US$ 70 sen menjadi US$ 43,96.

Harga minyak mentah sebelumnyA turun ketika Menteri Perminyakan Kuwait Ali al-Omair mengatakan OPEC harus menjaga produksi tetap stabil meskipun harga anjlok hingga 50 persen sejak musim panas.

"Kami tidak ingin kehilangan pangsa kami di pasar," kata al-Omair.

Sementara perusahaan-perusahaan minyak telah memangkas anggaran eksplorasi dan jumlah rig pengeboran minyak AS telah jatuh ke posisi terendah empat tahun, produksi shale di Amerika Serikat telah hampir melambat. Stok minyak mentah AS berada pada posisi tertinggi lebih dari 80 tahun yaitu di atas 458 juta barel. [Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya