Dolar AS Melemah, Harga Minyak Bangkit

Harga minyak melonjak ditopang pelemahan dolar AS dan berkurangnya jumlah rig pengeboran minyak di AS dalam 15 minggu berturut-turut.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 21 Mar 2015, 07:15 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York- Harga minyak melonjak pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) ditopang pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan berkurangnya jumlah rig pengeboran minyak di AS dalam 15 minggu berturut-turut.

Dilansir dari Wall Street Journal, Sabtu (21/3/2015), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik US$ 1,76 atau 4 persen menjadi US$ 45,72 per barel di New York Mercantile Exchange, kenaikan harian terbesar sejak 12 Februari.

Harga minyak naik 2 persen pada minggu ini, gertakan empat minggu beruntun. Sementara kontrak minyak untuk pengiriman Mei yang lebih aktif diperdagangkan ditutup naik US$ 1,04 atau 2,3 persen menjadi US$ 46,57 per barel.

Harga minyak Brent, yang jadi patokan global, naik US$ 89 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 55,32 per barel di ICE Futures Europe, mencatat kenaikan mingguan 0,6 persen.

Dalam beberapa hari terakhir, harga minyak bergerak liar di pasar mata uang, karena investor mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga AS.  Dolar melemah membuat minyak lebih terjangkau untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Tak hanya itu investor dalam beberapa bulan terakhir juga mengawasi pengurangan jumlah rig pengeboran minyak di AS sebagai indikasi pemotongan pasokan minyak, yang diharapkan dapat membantu mengecilkan melimpahnya pasokan minyak global yang membuat harga terjun bebas pada tahun lalu.

Jumlah rig minyak turun sebanyak 41-825 pekan lalu, menurut perusahaan jasa perminyakan Baker Hughes Inc Jumlah rig minyak telah menurun lebih dari 40  persen sejak awal tahun ini. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya