Liputan6.com, Sanaa - Kelompok ISIS mengaku sebagai dalang serangan bom bunuh diri di dua masjid di ibukota Yaman, Sanaa yang menewaskan sedikitnya 137 orang. Pernyataan itu disampaikan melalui sebuah akun Twitter.
Dalam pernyataan itu, mereka mengancam akan terus melancarkan serangan lanjutan.
"Biarkan kaum Houthi yang sesat itu mengetahui bahwa tentara ISIS tidak akan berdiam diri sampai kita meruntuhkan mereka," tulis pihak ISIS di Twitter seperti dikutip dari BBC, Sabtu (21/3/2015).
Serangan ini adalah yang pertama kali diklaim oleh ISIS, yang telah berada di Yaman pada bulan November 2014. Namun Amerika Serikat sangsi akan hal tersebut, selain mengecam aksi barbar mereka.
Advertisement
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, "ISIS bisa saja mengaku-ngaku sebagai pelakunya demi kepentingan propaganda mereka."
Aksi bom bunuh diri terjadi 2 masjid di ibukota Yaman, Sanaa pada Jumat 20 Maret waktu setempat itu terjadi di masjid yang digunakan oleh pendukung gerakan pemberontak Zaidi dari kelompok Houthi yang menguasai Sanaa.
Disebutkan bahwa ada empat pembom bunuh diri yang menyerang masjid Badr, di selatan Sanaa, dan Masjid al-Hashoosh, di utara ibukota itu. Ketika ledakan terjadi, para jamaah tengah bersiap untuk salat Jumat.
Di masjid Badr, salah seorang pengebom memasuki gedung dan meledakkan dirinya. Sementara seorang lagi pelaku tertangkap dekat pintu gerbang utama.
Stasiun TV al-Masirah yang dikuasai pemberontak Houthi menyiarkan gambar-gambar memilukan dari Masjid al-Hashoosh. Ditayangkan bagaimana para relawan mengangkut korban yang ditutupi selimut berlumur darah. Sementara yang lain terlihat membaringkan jenazah-jenazah di dalam masjid.
Sekitar 300 orang dilaporkan terluka akibat serangan bom bunuh diri tersebut. Sehingga petugas medis dan rumah sakit pun mengimbau warga untuk mendonorkan darah secara massal.
Serangan terjadi satu hari setelah bentrokan mematikan di Kota Aden di selatan, antara pasukan pendukung Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi dan pendukung pendahulunya Ali Abdullah Saleh.
Hadi melarikan diri dari Aden bulan lalu setelah pemberontak menetapkannya sebagai tahanan rumah dan menyatakan Dewan Kepresidenan akan menguasai negara untuk sementara waktu.
Yaman telah menderita instabilitas politik selama bertahun-tahun, dan pemberontak Houthi dilaporkan sudah menguasai sembilan dari 21 provinsi di sana. (Tnt/Ein)