Liputan6.com, New York - Usai Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memberikan sinyal bahwa pihaknya tak akan terburu-buru menaikkan suku bunga, mata uang di sejumlah kawasan Asia bergerak menguat setelah beberapa waktu terakhir terus melemah.
Dolar AS juga akhirnya merosot ke level terendah dalam 20 bulan terakhir akibat pernyataan The Fed pekan lalu.
Advertisement
Data valuta asing Bloomberg, Senin (23/3/2015), mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,37 persen ke level 13.075 per dolar AS. Nilai tukar rupiah juga dibuka menguat dari perdagangan sebelumnya di level 13.123 menjadi 13.054 per dolar AS.
Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi positif di kisaran 13.045-13.087 per dolar AS. Meski menguat, nilai tukar rupiah masih belum mampu ke luar dari zona 13.000 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) justru menunjukkan rupiah terkoreksi satu hanya poin ke level 13.076 dari 13.075 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan lalu.
Para pejabat The Fed memberikan sinyal bahwa biaya pinjaman akan meningkat dalam laju yang lebih lamban dibandingkan prediksi sebelumnya. Sementara Gubernur The Fed Janet Yellen mengatakan, bank sentral tersebut akan tetap akomodatif bahkan setelah The Fed mulai menaikkan suku bunganya.
"Sementara dolar AS terus bergerak menguat, saya rasa itu tidak akan naik secepat laju sebelumnya. Fundamental di Asia masih cukup kuat saat ini," ujar pakar strategi di Canadian Imperial Bank of Commerce, Hong Kong Patrick Bennett.
Tak hanya itu, pada pekan lalu, The Fed juga memangkas prediksinya terhadap pertumbuhan ekonomi AS. (Sis/Nrm)