Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mendorong peningkatan kandungan bahan bakar nabati (BBN) pada solar menjadi 15 persen untuk semua sektor termasuk listrik
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, penggunaan solar yang telah dicampur minyak kelapa sawit 15 persen, tidak akan berpengaruh pada kehandalan mesin pembangkit listrik.
Advertisement
Rida menambahkan, selama ini ada pembangkit listrik mampu menyerap solar yang telah dicampur biodiesel 25 persen, bahkan pembangkit ada yang mampu menyerap hingga 40 persen.
"Pembangkit sudah 25 persen, secara praktik sampai 40 persen. Ada biodiesel, dicampurnya sama, beli 100 persen campur 15 persen bahan bakar nabati, sama saja," tutur Rida.
Rida mengatakan, kebutuhan solaruntuk pembangkit dipasok oleh PT Pertamina (Persero). Lantaran, perusahaan energi plat merah tersebut memiliki fasilitas lengkap untuk mencampur BBN ke solar.
Pemerintah telah mengeluarkan enam paket kebijakan ekonomi untuk menstabilkan rupiah. Salah satu langkah pemerintah itu dengan meningkatkan penggunaan biofuel. Jadi menambah penggunaan bahan bakar nabati (BBN) hingga 15 persen untuk menghemat devisa impor solar.
Menteri ESDM, Sudirman Said mengatakan, banyak keuntungan dari kenaikan kandungan minyak nabati ke solar. Selain menghemat devisa tetapi juga meningkatkan ketahanan energi karena dapat menciptakan bahan bakar dalam negeri.
"Bertumpu pada kemampuan sendiri menghasilkan bahan bakar, permintaan naik, porsi pangan naik, jumlah pembayar pajak juga akan naik," kata Sudirman. (Pew/Ahm)