Wapres JK Hadiri Peluncuran Indeks Kota Cerdas RI

‎Peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia tahun ini dilatarbelakangi permasalahan pelik yang membelit kota-kota metropolitan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Mar 2015, 09:11 WIB
‎Peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia tahun ini dilatarbelakangi permasalahan pelik yang membelit kota-kota metropolitan.

Liputan6.com, Jakarta - Kota-kota metropolitan di Indonesia semakin sesak dan pengap dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kendaraan dan perumahan. Belum lagi industri yang lebih nyaman berada di kota besar karena tersedianya berbagai infrastruktur. Hal ini membutuhkan pengelolaan menjadi sebuah kota pintar (smart city).

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk meluncurkan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015. Bertujuan untuk memberikan masukan tentang perlunya pengukuran dapat menjadi acuan bagi pemerintah khususnya, untuk mengambil keputusan dalam pelayanan kota. Mendorong perhatian lebih terhadap perkembangan kota agar tercipta pembangunan yang aman, nyaman dan berkelanjutan.

Dalam acara tersebut, turut hadir Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pukul 09.00 WIB, sekaligus memulai acara. Hadir juga dalam peluncuran tersebut, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.

‎Peluncuran Indeks Kota Cerdas Indonesia tahun ini dilatarbelakangi permasalahan pelik yang membelit kota-kota metropolitan. Secara global, penduduk dunia sudah menembus jumlah sekira 7 miliar jiwa. Sebanyak 50 persen atau 3,5 miliar jiwa diantaranya hidup di perkotaan. Basis penduduk dunia diperkirakan bakal melesat menjadi 9,6 miliar jiwa tinggal di kota.

Dosen sekaligus Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhono menuturkan, beberapa dekade lalu, banyak kota di Indonesia masih nyama‎n dijadikan tempat tinggal. Namun kini, perkotaan mempunyai ragam persoalan kompleks menyangkut tran‎sportasi, energi, pengelolaan sampah maupun lingkungan.

"Untuk memperbaiki kehidupan di kota, muncul gagasan kota hijau. Utamanya untuk mengatasi pencemaran udara kota akibat asap kendaraan bermotor dan polusi pabrik. Tapi bukan cuma butuh kota layak huni, tapi perlu kota pintar yang menempatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu dengan cepat persoalan di lapangan," ujar dia di Jakarta, Selasa (24/3/2015).

Lebih jauh katanya, kota cerdas dinilai dari beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari sisi ekonomi, sebuah kota cerdas merupakan kota yang ditopang oleh perekonomian baik dengan memaksimalkan sumber daya atau potensi kota termasuk layanan teknologi informasi dan komunikasi serta tata kelola dan peran SDM yang baik.

Dari sisi lingkungan, kota cerdas memiliki tempat tinggal layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi dengan dukungan layanan teknologi informasi dan komunitas, pengelolaan dan peran SDM yang baik. Sementara dari sisi sosial, kota cerdas adalah masyarakat yang memiliki keamanan, kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama masyarakat ataupun pemerintah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya