Lee Kuan Yew Wariskan Pluralisme di Singapura

Selain mampu membawa Singapura sebagai negara maju, Lee Kuan Yew juga menjadikan sebagai negara yang pluralis.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 25 Mar 2015, 00:10 WIB
Mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew meninggal pada Senin dini hari, pukul 03.13 waktu setempat.

Liputan6.com, Singapore City - Walau dikenal sebagai sosok yang keras namun mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew ‎dianggap sebagai pemimpin yang mampu menjaga keseragaman dan pluralisme di Singapura. oleh warga Singapura, Lee dianggap sebagai Bapak Bangsa yang mampu menjadikan Singapura sebagai negara pluralis.

"Jasa Pak Lee sangat besar, bagi kami, khususnya warga keturunan India seperti kami. Dia mampu menjadikan Singapura  rukun, aman dan damai, tidak pernah ada konflik yang terjadi di sini. Kalau pun ada mungkin hanya kecil,"  ujar Ramon Sigh saat berbincang dengan Liputan6.com di Dunlop Road, kawasan Little India, Selasa (24/3/2015).

Ramon mengaku sempat merasakan hidup di Singapura saat masih dipimpin oleh Lee. Menurut dia, selain mampu membawa Singapura sebagai negara maju, Lee juga menjadikan negeri singa sebagai negara yang pluralis, menjadi rumah bagi berbagai suku bangsa.

"Ia membuat saya merasa di rumah sendiri. Di sini ada Arab Muslim, Melayu, China, dan India dari berbagai marga. Kami berterima kasih dengan Lee karena menjadi Singapura sebagai rumah keberagaman seluruh warga," ucapnya.

Selain Ramon, meninggalnya Lee juga membuat warga Singapura lainnya, Naseer merasa kehilangan. Pria keturunan Arab yang sehari-harinya berjualan cinderamata di Bugis Street itu menilai gelar Bapak Bangsa memang layak disematkan kepada Lee. Ia menilai, setelah Singapura menjelma menjadi salah satu negara kuat di Asia, pemerintah tetap memperhatikan kehidupan rakyat kecil. Lee bahkan menyediakan tempat khusus bagi pelaku usaha mikro.

"Seperti di Bugis Street ini, selain menjadi tempat usaha kami, di sini juga bisa memudahkan para wisatawan untuk membawa oleh-oleh dari Singapura. Saya pikir ini juga menguntungkan bagi pemerintah," kata dia.

Terkait dengan sikap Lee yang keras dan diktator di masa-masa pemerintahannya, Naseer menilai hal tersebut justru menjadi salah satu faktor penyebab pesatnya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi di Singapura.

"Saya rasa politik justru menghambat kemajuan. Lee akhirnya memegang kendali dan bergerak cepat untuk memakmurkan dan rakyatnya," kata dia.

Pemberitaan mengenai meninggalnya Bapak pembangunan Singapura itu hingga hari ini masih mendominasi berbagai media negeri singa. Bahkan‎, gambar dan video ucapan belasungkawa terhadap Lee memenuhi stasiun Singapore Mass Rapid Transit (SMRT) dan halte bus transit.

Tidak hanya itu, beberapa toko dan hotel juga memasang tulisan berupa pamflet yang bertuliskan ucapan belasungkawa terhadap Lee. Bahkan sebuah layar ikllan reklame menayangkan sebuah video perjalanan Lee memimpin Singapura secara berulang-ulang.

Naseer, yang tokonya sering didatangi turis mancanegara itu pun juga ikut memasang sebuah pamflet yang berisi ucapan belasungkawa dalam bahasa Melayu, Inggris dan Arab dan sebuah foto Lee di atasnya.  "Kalau Saya sengaja menempel di sini, karena supaya orang seperti anda tahu bahwa beliau merupakan tokoh besar dinegara ini," tandas Naseer. (Riz)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya