Teknik Baru, Masak Nasi Sembari Kurangi Kalorinya

Peneliti Sri Lanka dapatkan cara sederhana namun mampu pangkas kalori di nasi hingga 50 persen dengan minyak kelapa.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 27 Mar 2015, 09:00 WIB
Air beras merupakan salah satu rahasia kecantikan terbaik di Asia.

Liputan6.com, Washington DC Orang Indonesia kalau makan tidak dengan nasi rasanya ada yang kurang. Tidak hanya Indonesia, sekitar 90 persen masyarakat Asia pun menjadikan nasi sebagai makanan pokok yang tak terpisahkan dari kehidupan.

Paling tidak ada dua alasan yang melatarbelakangi kegemaran makan nasi masyarakat Asia ini. Pertama, nasi mudah sekali dipadupadankan dengan aneka lauk dan beragam sayur. Kedua, harga beras relatif lebih murah. Tak heran, nasi punya banyak penggemar.

Sayang, konsumsi nasi putih memiliki kelemahan bagi kesehatan terkait dengan risiko diabetes. Hal ini disebabkan nasi putih merupakan jenis karbohidrat sederhana yang mengandung kadar gula tinggi. Selain itu, nasi pun tinggi kalori. Satu cangkir beras ketika berubah menjadi nasi berjumlah sekitar 200 kalori.

Tapi tenang, peneliti dari Sri Lanka menemukan cara masak nasi yang tepat agar rendah kalori. Bahkan, ia mengungkapkan, kalori pada nasi bisa berkurang hingga 50 persen, bahkan bisa menambah beberapa manfaat kesehatan tambahan lainnya.

Lalu bagaimana caranya? Sangat mudah. "Kita masak beras seperti biasa, namun ketika air mulai mendidih, sebelum beras dimasukkan, tambahkan minyak kelapa sekitar tiga persen dari berat beras yang akan dimasak," terang peneliti Sudhair James saat menyampaikan risetnya di National Meeting & Exposition of the American Chemical Society (ACS).

"Saat sudah matang, dinginkan dalam kulkas selama 12 jam. Itu saja," tambahnya seperti dilansir Washington Post, Kamis (26/3/2015).

Seperti dikutip dari BBC News, proses pendinginan ini penting sebab amilosa, komponen pati yang larut terhadap air, membentuk granula selama gelatinisasi. Menurut James, nasi yang sudah didinginkan tidak akan memengaruhi tingkat resisten pati. 

Kini, tim ini sedang memeriksa varietas padi terbaik dan minyak goreng jenis lain yang memiliki dampak baik lainnya.

"Penelitian ini terdengar memiliki pontensi besar, namun belum ada penelitian terhadap manusia. Saya tetap merekomendasikan orang tetap memasak nasi dengan menggunakan metode normal sampai ada informasi lebih lanjut," terang juru bicara British Dietetic Association, Priya Tew.

Bagaimana Itu Bisa Terjadi?

Berbagai penelitian menyebutkan, mungkin saja untuk mengubah jenis karbohidrat dalam makanan dengan memodifikasi kala dimasak. Nah, sebagian besar nasi yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah karbohidrat sederhana.

"Jika bisa mengurangi karbohidrat sederhana, bisa mengurangi kalori dalam nasi. Dampaknya bisa sangat besar," terang profesor sekaligus supervisor penelitian ini, Dr. Pushparajah Thavarajah.

Dengan memahami konsep ini James dan Thavarajva melakukan tes terhadap 38 varietas beras di Sri Lanka. Hasil temuan mereka, yakni dengan menambahkan lipid dalam hal ini adalah minyak kelapa yang banyak ditemukan di Sri Lanka saat memasak nasi. Lalu mendinginkan nasi dalam kulkas bisa mengubah komposisi kalori dalam nasi.

"Kala minyak kelapa bertemu dengan karbohidrat dalam beras itu bisa mengubah 'arsitekturnya', terang James.

"Lalu, proses pendinginan dapat membantu konversi karbohidrat. Hasilnya adalah nasi yang sehat, termasuk saat memanaskan kembali," klaim James.

Cara Memasak Ini Bisa Atasi Obesitas?

Dengan ditemukannya pengurangan kalori dalam nasi dengan penggunaan minyak kelapa dan pendinginan banyak harapan yang muncul bahwa hal ini bisa mengurangi obesitas yang kini sudah jadi masalah di negara-negara pengonsumsi nasi.

"Obesitas sudah jadi masalah di Asia. Kini orang makan dengan porsi yang makin besar dan besar," terang Thavarajah.

Dengan adanya teknik ini yang kini sedang diteliti dan bereksperimen dengan minyak bunga matahari, diharapakan mampu mengurangi obesitas. "Ini tidak hanya tentang beras, mungkin kita bisa melakukan hal yang sama untuk mengurangi kalori pada roti," terang Thavarajah.

Baca Juga:

Makan Nasi Itu Boleh Saja, Asal...

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya