Penghormatan Terakhir Prabowo Subianto untuk Lee Kuan Yew

Prabowo Subianto ‎mendatangi Kedutaan Besar Singapura di Indonesia untuk mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya Lee Kuan Yew.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 26 Mar 2015, 17:32 WIB
Prabowo Subianto ‎mendatangi Kedutaan Besar Singapura di Indonesia untuk mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya Lee Kuan Yew. (Faizal Fanani/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ‎mendatangi Kedutaan Besar Singapura di Indonesia. Kedatangannya untuk mengucapkan belasungkawa atas wafatnya mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew.

‎"Saya datang atas nama pribadi dan atas nama keluarga besar Partai Gerindra menyampaikan belasungkawa kita sedalam-dalamnya atas wafatnya Yang Mulia Lee Kuan Yew," kata Prabowo di lokasi, Jakarta, Kamis (26/5/2015).

Prabowo tiba pukul 15.30 WIB. Ia diterima oleh Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Anil Kumar Nayar‎. ‎Prabowo sempat berbincang sebentar dengan Anil di sebuah ruangan selama 15 menit.

Begitu keluar, tampak mata mantan Danjen Kopassus itu berkaca-kaca dan memerah. Kemudian, di depan foto Lee Kuan Yew, Prabowo pun memberikan penghormatan terakhir. Setelah itu, ia membubuhkan tanda tangan di buku belasungkawa yang telah disiapkan.

Bagi Prabowo sendiri, Lee adalah sosok yang patut ditiru karena prestasinya memajukan Singapura.

"Beliau adalah seorang tokoh besar dalam sejarah Asia Tenggara, beliau dapat dikatakan founding father Singapura yang modern dan sukses. Terus terang saja jadi tokoh yang patut dipelajari kepemimpinannya dan kenegarawanannya," tutur dia.

"Saya kira itu bagi saya pribadi dan bagi generasi muda Indonesia perlu belajar dari tokoh-tokoh yang baik dari mana pun, apalagi di sekitar kita," pungkas Prabowo.

Foto dok. Liputan6.com


Dalam wawancara khusus program 'The Ambassador' Special Tribute to Lee Kuan Yew, Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Anil Kumar Nayar membantah anggapan bahwa Lee termasuk pemimpin otoriter.

"Ada orang yang tidak suka gaya kepemimpin Bapak Lee. Ada yang bilang beliau diktator, otoriter, tidak demokratis dan banyak lagi tapi bagi saya, sebagai generasi muda Singapura, kami melihatnya dari sisi lain. Dia bukan seorang yang otoriter," kata Dubes Anil kepada Liputan6.com di Kedutaan Besar Singapura, Rabu (25/3/2015).

Dia menegaskan, jasa Lee sungguh besar. Perdana Menteri pertama Singapura itu, mendedikasikan usaha dan waktunya demi kemajuan negaranya.

"Selama 24  jam, 7 hari dalam seminggu, beliau selalu bekerja untuk Singapura. Beliau memberikan dedikasi dan baktinya untuk kami.  Beliau tidak bekerja demi memperkaya dirinya atau keluarganya, dia bekerja untuk seluruh negara," ucap Anil.

Lee Kuan Yew meninggal dunia akibat menderita pneumonia atau paru-paru basah yang rentan dialami orang tua usia 65 tahun ke atas dan individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang buruk. (Ndy/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya