Liputan6.com, Jakarta Cepat beradaptasi, kokoh dan kuat. Itulah pohon mangrove atau yang lebih dikenal dengan nama pohon bakau. Banyak yang masih belum benar-benar memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan bakau. Padahal, hutan unik ini mampu melindungi wilayah garis pantai dari erosi. Pohon bakau memiliki kemampuan untuk menyerap karbon atmosfer lebih banyak dari pohon biasa. Namun, kondisi hutan bakau di Indonesia cukup memprihatinkan.
Menurut CEO World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Efransjah, kerusakanhutanbakau di Indonesia telahmencapaiangka 70 persen. "Sudah rusak banget," ujar Efransjah dengan nada kecewa.
Advertisement
Lebih lanjut Efransjah bercerita tentang kondisi hutan bakau di Indonesia. "Kayaknya sudah mencapai 70 persen. Sekarang di Aceh saja sudah tidak ada hutan mangrove. Tadinya Aceh Utara itu ditutupi oleh mangrove," tambah Efransjah.
Fungsi dari hutan mangrove sendiri cukup banyak, antara lain sebagai penahan abrasi pantai dan peresapan air laut ke daratan, tempat berkembang biaknya ikan, kerang, burung, dan mamalia laut, pengolah limbah beracun, penghasil O2 sekaligus penyerap CO2. Selain itu, buah mangrove juga dapat diolah menjadi makanan dan minuman.
Sehingga, besar harapan Efransjah agar seluruh masyarakat Indonesia bersatu untuk melakukan pelestarian lingkungan, terutama hutan mangrove. Dalam rangka merayakan ulang tahun yang ke-58, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berkerjasama dengan WWF Indonesia dan Ekowisata Mangrove Tol Sedyatmo melakukan penanaman mangrove.
BCA memilih lingkungan hidup sebagai fokus rangkaian kegiatan ulang tahun dan Corporate Social Responsibility (CSR) BCA tahun ini. Seperti yang diungkapkan langsung oleh Direktur Utama BCA, Jahja Setiatmadja.
"Bumi yang kita tinggali merupakan titipan untuk diwariskan kepada anak dan cucu. Penting bagi kita untuk bertanggung jawab dan bersama-sama merawat lingkungan. Oleh karena itu, hari ini BCA bersama WWF Indonesia menanam total 18.000 bibit pohon mangrove di Sembilan kota yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan," ujar Jahja.
Sebanyak 18.000 bibit pohon bakau ditanam secara serentak di Sembilan lokasi kawasan hutan bakau. Beberapa di antaranya adalah Lamujung (Aceh Besar), Tanggamus (Lampung), Muara Gembong (Jawa Barat), Blanakan Subang (Jawa Barat), Muara Kali Opak (Yogyakarta), Teluk Lamong (Surabaya), Wringin Putih (Banyuwangi), Sumber kima (Bali), dan Bengkayang (Kalimantan Barat).
"Diharapkan upaya ini akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan fungsi ekosistem setempat dan secara sosial ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut," pungkas Jahja.
Rehabilitasi lahan kritis pesisir ini merupakan bagian dari program NEWtrees yang diinisiasi oleh WWF Indonesia. Program ini berorientasi pada perbaikan fungsi ekosistem prioritas di tingkat bentang alam. Selain itu, program ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengintegrasikan pembangunan sektoral dengan daya dukung lingkungan. Tak hanya itu saja, program ini memiliki kontribusi besar dalam upaya mewujudkan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020.
Efransjah lalu mengungkapkan harapannya akan aksi penanaman pohon dan reforestasi ini.
"Tugas yang diemban WWF Indonesia untuk reforestasi baik di perairan atau terestrial tidaklah sedikit. Dukungan BCA di ulang tahunnya yang ke-58 melalui 18.000 pohon mangrove maupun dukungan BCA selama lima tahun terakhir menunjukkan keberlanjutan upaya konservasi yang dilakukan oleh korporasi melalui WWF Indonesia. Kami berharap, bukan hanya BCA tetapi korporasi lain dan juga publik, entah itu melalui BCA atau kanal komunikasi lainnya juga bisa menjadi bagian dari upaya konservasi," jelas Efransjah
BCA Senantiasa di Sisi Anda.
(Adv/GR)