Liputan6.com, Yogyakarta - Yogyakarta dilanda angin puting beliung. Tiga nyawa melayang akibat tertimpa reruntuhan tembok rumah. Mereka tewas saat sedang menyiapkan masakan untuk usaha kateringnya.
Cuaca ekstrem itu diprediksi masih akan menerjang kota pelajar tersebut dalam beberapa hari ke depan.
Staf BMKG DIY Agus mengatakan, angin puting beliung ini terjadi berkat adanya pertumbuhan awan Cumulunimbus (CB) yang naik secara signifikan. Kondisi ini kerap terjadi saat masa transisi atau pancaroba.
"Ini terjadi masa transisi atau pancaroba. Kondisi pagi cerah siang panas sekali menjelang sore terjadi awan CB dan jadi angin kencang," ujar Agus di Yogyakarta, Jumat (27/3/2015).
Agus mengatakan, jika dibandingkan tahun sebelumnya, cuaca saat ini lebih ekstrim. Potensi angin puting beliung terpantau akan menerjang beberapa wilayah Pulau Jawa.
"Ini cakupannya untuk di Jawa, pantauan radar pembentukan awan CB hampir seluruh Jawa mulai dari Semarang, Jawa Timur, Surabaya, Jogja, banyak terjadi awan CB dan dampaknya terjadi angin kencang," jelas dia.
Agus menyebut, angin puting beliung di DIY berawal dari adanya aktivitas radiasi matahari sangat tinggi. Sehingga dari aktivitas itu terjadi penguapan yang tinggi. Hasil penguapan itu lalu membentuk awan CB.
"Posisi matahari di ekuator sejak 22 maret jadi ada gerak semu Matahari dari selatan ke utara. Di DIY 20-25 Maret mengalami radiasi sangat maskimal. Sementara di DIY ada pantai selatan dan gunung merapi," ujar Agus..
Dari situ, lanjut dia, terbentuk sistem awan secara orografi dimana uap air dari pantai selatan dipaksa mengumpul di selatan gunung Merapi. "Nempel di Sleman utara, cangkringan awan ngumpul disitu makanya awan CB cepat di sleman," imbuh Agus.
Agus mengingatkan jika cuaca pada pagi hingga siang matahari sangat menyengat. Lalu selepas siang kondisi menjadi hening, hal ini harus diwaspadai. Sebab angin puting beliung biasanya akan menerjang daerah akan hening.
"Hening tidak ada pergerakan karena ada pergerakan udara ke atas ada konveksi atau pertumbuhan awan ke atas jadi kayak lengang. Setelah itu pengap, sumuk (gerah) sekali, terlihat awan hitam. Kalau itu biasa disebut jeger ayam," ujar dia.
Setelah itu, hembusan angin pertama terasa dingin. Karena awan ini sudah mencapai ketinggian 10 kilometer yang dalam ketinggian itu suhu udara mencapai 50 C. Jadi dipuncak awan itu sudah terbentuk es.
"Peluruhan awan yang terasa oleh masyarakat itu dingin lalu angin kencang dan dibarengi hujan," ucap Agus. (Ali)
Penjelasan BMKG Soal Puting Beliung Terjang Yogyakarta
Cuaca ekstrem itu diprediksi masih akan menerjang kota pelajar tersebut dalam beberapa hari ke depan.
diperbarui 28 Mar 2015, 01:40 WIB(Liputan 6 TV)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 Liga InternasionalHasil Liga Champions: 3 Wakil Italia Berjaya
6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Prospek Makin Cerah, Bali Jadi Destinasi Investasi Properti Populer di Asia
Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha 4 Rakaat, Jadi Amalan Pembuka Rezeki
Mendag Budi Lepas Ekspor Produk Kerajinan Bantul Senilai Rp2 Miliar
SukkhaCitta hingga BeeMe Raih Local Heroes Brand 2024, Apresiasi bagi Jenama Lokal yang Menginspirasi
Daftar Lengkap Peserta BWF World Tour Finals 2024, Indonesia Berapa Wakil?
VIDEO: Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Kasus Korupsi Impor Gula Berlanjut!
Hasil Hitung Cepat SMRC Pilkada Jakarta 100%: RK-Suswono 38,8%, Dharma-Kun 10,17%, Pramono-Rano 51,03%
Aktivis HAM Soroti TPS di Tapal Batas Musi Banyuasin - Muratara Saat Pilkada Sumsel
Indonesia Target Penggunaan EBT 23% di 2025, Bisa Tercapai?
VIDEO: Tiket Pesawat Turun 10 Persen Libur Nataru Jadi Lebih Hemat
Bangun 3 Juta Rumah, Perumnas Butuh Suntikan PMN
Charta Politika Indonesia Sebut Partisipasi Pemilih Jakarta di Pilkada 2024 Alami Penurunan